12

634 54 11
                                    

Happy Reading!!!

"Ayo kita pulang"

Chanasya yang masih menatap makam sang ibu lantas mengangguk kan kepalanya saat sang ayah berbicara.

Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu Chanasya, sudah hampir 2 minggu ia tidak berkunjung karna lokasi nya yang cukup jauh dari rumah.

Setelah selesai berpamitan dengan sang ibu, mereka bertiga akhirnya berjalan menjauh dari area pemakaman yang cukup sepi.

Perjalanan pulang cukup lama, akhirnya Chanasya memutuskan untuk tidur sejenak di dalam mobil.

Johans menatap putrinya dari kaca mobil, ia tersenyum melihat putrinya yang tertidur sangat lelap di kursi belakang.

"Pah, papa yakin mau menjodohkan adek?" Ucap Hendery

Johans lantas melihat kearah putra sulungnya dan menyunggingkan senyum sambil mengangguk.

"Tapi kan adek masih kecil pah, lagipula abang bisa kok merubah pilihan abang" ucap Hendery

"Abang dengarkan papa baik baik ya, sebenarnya perjodohan ini merupakan ide ibumu sejak lama. Sekarang kan abang sudah besar, pasti abang punya prioritas untuk mencapai mimpi abang kan? menurut papa ini adalah keputusan terbaik agar adikmu ada yang menjaga saat kamu dan papa tidak ada disampingnya sementara." ucap Johans.

Setelah menjelaskan itu, Hendery masih tidak setuju karna adiknya itu masih kecil. Namun Johans berusaha meyakinkan putra sulungnya itu, akhirnya Hendery menyetujui dengan beberapa syarat.

•••

Sebelum Chanasya kembali ke kamar, sang ayah memberitahu nya kembali tentang janji malam ini.

Di dalam kamar, Chanasya langsung merebahkan dirinya di kasur. Diraihnya figura sang ibu yang selalu berada di sana.

"Mae, apakah ini keputusan yang tepat?" Ucapnya sambil mengusap figura sang ibu.

Tok! Tok!

Mendengar bunyi ketukan pintu, Chanasya lantas mengusap air matanya. Ia kemudian berjalan kearah pintu kamarnya.

"Abang Hen? Ada apa?" Ucapnya.

"Abang bisa bicara dengan mu?"

Chanasya pun menganggukkan kepalanya dan menyuruh sang kakak masuk ke kamarnya.

"Ada apa bang?" Tany Chanasya setelah duduk di sisi kasur.

"Adek, maafin abang ya"

Chanasya lantas menatap kearah Hendery. "Abang minta maaf untuk apa?" Ucapnya.

"Untuk perjodohan ini, abang benar-benar meminta maaf."

"Tidak apa bang, adek nggak papa kok. Lagipula kan lebih baik, jadinya ada yang ngejaga adek kalo abang sama papa sibuk." ucap Chanasya sambil memaksa kan senyumnya.

"Adek jangan terbebani sama abang ya, kalo adek nanti gak suka sama pria yang di jodohin sama adek, adek boleh kok nolak. Untuk papa biar abang yang bicara." ucap Hendery yang di balas anggukan oleh Chanasya.

Hendery lantas memeluk tubuh sang adik, ia masih tidak percaya kalo sang adik sudah tumbuh sebesar ini. Ia masih ingat bagaimana adiknya ini selalu mengadu kepadanya saat ia dijahili temannya, namun semakin bertambah usia, ia merasa adiknya menyembunyikan perasaannya saat ini.

"Abang jangan nangis, nanti matanya bengkak."

Mendengar itu Hendery lantas mengusap air matanya. "Sudahlah, kamu istirahat dulu sekarang. Abang mau balik ke kamar, dandan yang cantik ya untuk nanti malam."

MARVELOUS [ Markhyuck ] GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang