🎗️ 31 - Kejahatan Terbalaskan.

315 299 38
                                    

«••·••»

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

«••·••»

Apa pun yang terjadi di dunia selalu tidak bisa diprediksi oleh siapa pun. Prediksi hanya benar jika prediksi mendapatkan sebuah keberuntungan. Untuk kali ini, William dan Nana tidak bisa memprediksi apa yang terjadi. Semuanya kacau. Waktu tidak bisa diputar kembali untuk menghentikan semuanya. William benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Nana nampak kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh William. Dirinya hanya bisa diam dengan wajahnya yang terlihat kebingungan. Di saat tubuh William tiba-tiba mengambil posisi duduk lemas, Nana langsung panik. Dengan segera, Nana memeriksa kondisi tubuh William dengan punggung tangannya. Panas. Panas sekali. Dengan wajah yang tidak berhenti menangis, tiba-tiba tubuh William terasa sangat panas. Nana semakin bingung dibuatnya.

"Paman, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tubuhmu panas? Kenapa aku tidak bisa membaca pikiranmu?" tanya Nana bertubi-tubi.

Tangan Nana berkali-kali bergerak menggoyangkan tubuh William. Melihat tatapan mata William yang kosong mengarah ke hutan, Nana langsung memiliki pikiran untuk melakukan sesuatu. Nana langsung bangkit dari duduknya, melakukan sesuatu yang harus dirinya lakukan untuk memastikan sesuatu. Dengan terburu-buru, Nana langsung berlari masuk kembali ke dalam rumah pohon.

Detak jantung yang tadinya tenang-karena perjanjian dan permintaan yang disetujui, telah berdetak lebih cepat. Napas normal yang tiba-tiba terengah-engah dan wajah cantik yang menjadi terlihat benar-benar panik. Sudah tahun ke berapa ini? Kenapa hanya satu keberhasilan yang tiada masa depannya itu? Hati yang tadinya berseri-seri menjadi nyeri seperti tertusuk beribu-ribu pisau.

Perlahan Nana melangkahkan kakinya maju ke depan. Tatapannya kosong menyorot ke arah satu titik. Seperti melihat apa yang selama ini hanya dilihat oleh wali. Tubuh Nana bergetar hebat melihat apa yang dirinya lihat dengan kedua mata kepalanya sendiri. Berkali-kali Nana bertanya kepada dirinya sendiri, tentang apa yang terjadi, mengapa semuanya terjadi, dan apa yang seharusnya Nana lakukan.

Semuanya tidak terjawab.

Kaki tanpa mengenakan alas kaki melangkah perlahan hingga menginjak darah Ayahnya sendiri. Kepalanya menunduk ketika kakinya merasa basah. Nana semakin trauma dibuatnya ketika matanya menyorot kosong ke arah darah Ayahnya sendiri. Seluruh tubuh Nana semakin bergemetar ketika kepalannya mendongak kembali dan kedua matanya melirik ke satu titik yang tidak ingin Nana lihat.

"Ayah ...." Perlahan kaki Nana kembali melangkah maju. Tiba di satu tempat, tubuh Nana langsung ambruk. Kedua tangannya meraih sesuatu yang berbentuk bola. Tangannya mengangkat sesuatu itu hingga titik tengahnya berhadapan langsung secara dekat dengan wajahnya. "Wajahmu tampan sekali, Tua," gumamnya. Perlahan jari-jemarinya mengelus-elus sesuatu yang tak lain adalah ... kepala Ayahnya sendiri.

Bayang-bayang masa lalu berputar-putar di kepalanya. Tanpa Nana menyadarinya, senyuman mengerikan terukir indah di wajahnya. Walau dirinya sendiri tidak mempercayainya semua yang telah terjadi, dirinya sendiri tidak bisa mengubahnya. Namun, berbeda jika takdir baik berpihak padanya. Suatu saat nanti, Nana akan membalas semuanya dengan kebahagiaan yang tidak bisa dihancurkan oleh siapa pun. Nana berjanji akan hal itu pada dirinya sendiri.

My Father is a PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang