🎗️ 28 - Dua Laki-laki Tua Lemah.

300 301 30
                                    

«••·••»

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

«••·••»

Beberapa menit setelah kedatangan George, Nana dan William kini tengah duduk di hadapan George. Keduanya duduk bersimpuh menunduk. Sedangkan George melipat kedua tangannya di dada dan menatap anak dan bawahannya tak habis pikir. Dirinya sudah dikuasai oleh pikiran negatif tentang keduanya. Pikirannya terus memikirkan hal-hal negatif yang telah dilakukan oleh keduanya. Namun, ketidakadaan bukti membuat dirinya pasrah.

Telah berlangsung sejak beberapa menit lalu Nana dan William bersimpuh di hadapan George dengan wajah memelas. Panthera telah berubah menjadi William setelah George datang menghampiri. Nana dan William sibuk berbicara satu sama lain berbicara tentang bagaimana cara mereka untuk menjelaskan jika mereka tidak melakukan apa pun. Keadaan dimana Nana memeluk William membuat George berpikir negatif tentang keduanya.

"Lalu, apa yang sebenarnya kalian lakukan?" tanya George.

William mendongakkan kepalanya, kedua matanya menatap George penuh harapan. "Saya hanya berubah menjadi Panthera dan berusaha menenangkan Nona. Saya mohon pada Tuan untuk tidak menghukum atau marah pada Nona," ucap William. Ia kembali menundukkan kepalanya dan mengerutkan kedua keningnya. Tangannya mencengkram kuat pahanya sendiri. "Ayolah, Tuan. Nona tidak bersalah," batinnya.

"Apa yang dikatakan Paman memang benar adanya, Ayah." Kepalanya mendongak menatap melas ke arah George. "Nana ingin meminta maaf atas apa yang telah Nana katakan sebelumnya. Nana benar-benar bodoh. Maafkan Nana, Yah." Sembari berkata, kedua mata Nana mulai terasa panas dan mulai mengeluarkan airnya.

George tiba-tiba mendekat ke arah Nana, tangannya terulur mengelus kepala Nana. Senyum terukir indah di wajahnya. "Tidak perlu berkata seperti itu, Na. Nana perlu mengetahui jika Ayah selalu memaafkan Nana tanpa Nana meminta maaf pada Ayah." Perlahan George semakin mendekat ke tubuh Nana dengan mengambil posisi duduk di depan Nana. Dirinya perlahan memeluk tubuh anaknya erat. "Karena Nana adalah kesayangan Ayah."

Nana membalas pelukan Ayahnya dengan begitu erat. Suara tangis darinya mulai mengisi seisi ruangan. Kedua tangan Nana mencengkeram erat pundak Ayahnya. Walaupun terasa begitu sakit dan perih, George tidak memperdulikan kondisi tubuhnya sendiri. Kini yang terpenting, anaknya telah melampiaskan emosinya pada Ayahnya sendiri tanpa diminta dan meminta. George benar-benar bahagia setelah beberapa tahun tidak merasakan kebahagiaan.

"Sial, aku iri," batin William.

Tiba-tiba tubuh George kehilangan keseimbangannya dalam pelukan Nana. Tubuh pria tua yang terasa berat membuat tangisan Nana terhenti seketika. Nana langsung melepaskan pelukan dan melihat kondisi George. Wajahnya benar-benar terlihat begitu khawatir dan panik. "Ayah? Kenapa tubuh Ayah tiba-tiba terasa berat? Apa yang terja-" Ucapan Nana terpotong seketika.

My Father is a PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang