ILMS - 42

1.8K 134 31
                                    

Happy New Year, brosis.
Woghawogawog, whats up!

***

42. Keluarga

.

"Redflag."
- Alana Jeslyn -

**

Ps,
Ganda : Grandpa Alex
Klei : Uncle L(R)ey
Ona : Onty Alana

*

Reyhan Alvano mengekor di belakang istrinya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini akan ada acara kecil-kecilan di rumah baru mereka. Rumah yang baru beberapa bulan mereka tempati. Sebenarnya ide acara ini tidak terpikirkan oleh keduanya, hanya saja saran dari Ayah Alex.

"Kenapa, hm? Katanya kamu ada urusan mendadak di kantor?" bingung Verranda kala Reyhan mengekorinya sedari tadi.

Dahinya mengernyit, Reyhan mendekat ke arahnya.

"Udah seminggu lebih aku gak dapet jatah kiss."

Verranda terdiam. Itu memang benar adanya. Semenjak ia mencium Rey di kolam, Verranda enggan menerima ciuman Reyhan. Seakan ia tidak ingin jejak Rey terhapus dari bibirnya.

Meskipun begitu, normalnya mereka memang jarang berciuman. Hanya terkadang saja Reyhan menciumnya terlebih dulu sehingga Verranda mau tak mau harus mengimbangi. Dan, untuk kali ini, Verranda benar-benar membatasinya.

Membuat Reyhan frustasi.

Sial, Verranda kembali terbayang ciumannya dengan Rey. Meskipun tanpa balasan, Verranda menyukainya. Reflek, ia menggiggit bibir tanpa ia sadari.

"Jangan digigit." jempol Reyhan menekan bibir bawah Verranda.

Verranda menolak pelan kedua bahu Reyhan. "Aku nggak bisa, Han. Udah, ya?"

"Apa karena Rey, Sha?"

"Maksud kamu?"

"Semenjak tau Rey udah balik ke sini, kamu gak pernah mau nerima ciuman aku."

Verranda mendelik tidak suka. "Nggak ada sangkut pautnya sama sekali. Aku emang lagi nggak mau aja." elaknya.

"Kalau emang gak ada sangkut pautnya. Buktiin." tantang Reyhan, semakin memojokkan Verranda pada meja pantry.

Hening. Tatapan Verranda perlahan turun ke bibir Reyhan.

"Kenapa ragu? Aku suami kamu, Sha." lengan kokoh Reyhan merengkuh pinggang ramping Verranda.

Shit! Verranda benci ketika Reyhan selalu menekankan hal itu. Seolah-olah ia kalah telak.

- oOoo -

Denting jam terdengar beradu dengan detakan jantung, cemas perlahan menguasai diri salah satu diantaranya.

Aura mencekam memenuhi sebuah ruangan bernuansa netral, dengan seorang pria paruh baya berdiri menatap suasana di halaman bawah dari jendela balkon.

Pikirannya menerawang jauh. Lalu, perlahan ia tersadar. Sudah cukup lama hening tercipta antara dirinya dan sosok di belakangnya.

"Saya minta maaf." tuturnya, berbalik menatap sosok yang masih enggan mengangkat pandangannya.

Alexander Arswatama, memandang anak semata wayangnya. Ia memang tidak becus menjadi seorang ayah. Alex akui ia dulu khilaf. Terlalu kalut dalam menanggapi fakta yang tidak bisa ia tolerir.

I Love My Sister?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang