04 : pertemuan IV

421 63 17
                                    

"LUMIEL!! LUMIEL!!" Matahari baru saja turun dari tempat tertingginya, tapi teriakan Eugene sudah terdengar keseluruh tempat. Dengan terburu-buru dia langkahkan kakinya menelusuri setiap sudut mansion.

Para pelayan yang hampir berpas-pasan dengan Eugene langsung berlari bersembunyi, takut menjadi bahan pelampiasan. Eugene mendengus kesal menyadari para pelayan yang menghindarinya.

Saat tengah mengedarkan pandangan, atensinya manangkap kehadiran dua orang pelayan wanita, yang terlihat tengah membawa tumpukan handuk sambil sesekali bercanda.

"Hei, kalian! Tunggu di situ! Jangan pergi!" Sambil menunjuk mereka, Eugene bergegas berlari menghampiri kedua pelayan itu.

Mereka yang sudah diperintahkan terlihat kebingungan harus melakukan apa. Melihat raut wajah Eugene, mereka tau suasana hati sang tuan muda tidak sedang baik saat ini. Mereka tidak ingin menjadi tempat pelampiasan, tapi jika mereka pergi, mereka yakin hukuman yang akan mereka terima akan lebih berat.

"Y-ya, Tuan muda. A-ada yang Tuan muda butuhkan?" Salah satu wanita memberanikan diri berujar lebih dulu saat Eugene sudah berada di depan mereka.

"Lumiel."

Kedua pelayan itu mengerutkan dahinya bingung mendengar ucapan Eugene yang terpotong karena nafasnya yang terengah. "Ya?"

"Lumiel. Di mana Lumiel?"

"Lumiel?"

"Iya!!"

"I-itu, tadi kami lihat dia sedang merapikan lapangan latihan bersama Rhison." Wanita itu kembali tergagap saat Eugene meninggikkan suaranya.

Tanpa mengatakan apapun, Eugene pergi begitu saja meninggalkan kedua pelayan itu pergi menuju tempat yang baru saja mereka sebutkan.

Benar saja, di lapangan tempat dia latihan beberapa waktu lalu, terlihat Lumiel yang sedang merapihkannya sambil sesekali bercanda bersama Rhison.

"LUMIEL!" Dengan teriakannya yang seakan bisa terdengar sampai mansion utama, Eugene berjalan cepat menghampiri Lumiel.

Lumiel dan Rhison yang terkejut pun segera menolehkan kepalanya ke asal suara.

"Tuan muda? Apa yang anda lakukan di sini? Bukankah an–"

"Lawan aku sekarang." Dengan senyum lebar penuh kepercayaan diri, Eugene mengacungkan pedang kayu yang sudah dia bawa sejak tadi tepat ke wajah Lumiel. Dari pedang kayu itu samar terlihat asap merah menyelimuti bilahnya.

Lumiel mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menundukkan kepalanya sopan. "Apa maksud anda, Tuan muda? Pelayan rendahan ini tidak mungkin–"

"Ck, hentikan omong kosong mu."

Tenpa menunggu Lumiel untuk bersiap, Eugene langsung melompat maju, mengangkat tinggi pedang kayunya untuk dia ayunkan menghantam kepala Lumiel.

Mata Rhison terbuka lebar, terkejut melihat apa yang akan Eugene lakukan. Kakinya bersiap maju untuk Lumiel dan menghentikan sang Tuan muda.

Tak

Di luar dugaan. Rhison dapat melihatnya, sapu yang semula Lumiel gunakan untuk merapihkan lapangan, kini dia gunakan untuk menahan pedang kayu Eugene. Cukup lama mereka beradu ketahanan, hingga Eugene memutuskan untuk melanjutkan serangan. Pedang kayu yang semula hanya tertutup tipis asap merah tiba-tiba menyemburkan api yang cukup besar.

Lumiel yang melihat hal itu segera memiringkan sapunya ke sisi kiri, membuat pedang kayu Eugene merosot jatuh membakar tanah. Setelah berhasil meloloskan sapunya dari tekanan pedang Eugene, Lumiel pun langsung mengayunkan sapunya kebelakang leher sang Tuan muda, membalikan serangan.

I Am The Servant Of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang