07 : pesta kedewasaan III

351 68 14
                                    

Satu minggu berlalu begitu saja. Pesta kedewasaan yang sudah lama ditunggu pun akhirnya tiba. Sejak pagi semua pelayan yang bekerja untuk keluarga Laurent sudah sangat sibuk dengan tugasnya.

Aula kediaman utama dihias sedemikian rupa. Meja-meja telah siap di samping aula dengan makanan yang mulai tersusun di atasnya. Tidak terasa malam pun tiba. Satu persatu para bangsawan tamu undangan mulai berdatangan. Baik itu dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak, semuanya berkumpul memenuhi aula.

Sementara sang bintang utama masih sibuk mempersiapkan penampilannya. Kemeja berwarna putih dengan jas berekor perpaduan warna merah dan hitam, carvat putih dengan bros berwarna merah, celana putih ketat dengan sepatu boot setinggi betis serta pernak pernik perhiasan terlihat melekat di tubuh Eugene.

Eugene menatap pantulan dirinya yang masih didandani oleh para pelayan. Rambut merah mengkilap dengan poni yang tersisir kebelakang setengahnya, menambah kesan tampan pada wajahnya yang indah.

Lumiel yang berdiri di belakang dengan baju pelayan lengkap terlihat manatap kagum pahatan indah wajah Tuannya.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan terdengar, menyadarkan Lumiel dari kekagumannya. Lumiel yang tersadar pun berjalan mendekati pintu untuk membukanya.

Saat pintu telah terbuka, seorang pria dengan seragam pelayan lengkapnya yang sama dengan Lumiel terlihat berdiri di depannya

"Apa ada yang ingin kau sampaikan pada Tuan muda?"

Pria itu menganggukkan kepalanya. "Acara akan segera dimulai. Sudah waktunya Tuan muda untuk datang."

"Aku mengerti. Tuan muda akan siap dalam beberapa saat lagi."

Setelah mendapat jawaban dari Lumiel, pria itu pun menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan kamar tersebut.

Beberapa saat berikutnya berlalu, akhirnya Eugene pun menyelesaikan persiapannya. Lumiel yang melihat hal itu, segera menghampiri remaja berambut merah itu lalu membungkukkan tubuhnya.

"Tuan muda. Sudah waktunya anda untuk pergi. Mari saya antar." Eugene menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, lalu berjalan mengikuti Lumiel sambil mengantungkan pedang di sabuknya dan menutupinya dengan jubah.

Eugene menghentikan langkahnya tepat saat dia berada di depan pintu aula. Helaan nafas pelan dia hembuskan, dia kepalkan tangan berbalut sarung tangan putihnya yang gemetar.

"Anda sudah siap Tuan muda?" tanya Lumiel.

Eugene menganggukkan kepalanya. "Buka pintunya."

Lumiel pun menganggukkan kepalanya sebagai isyarat kepada kedua penjaga pintu untul membuka pintunya. Suasana yang semula ramai dengan obrolan, langsung senyap. Tatapan semua orang yang hadir langsung tertuju pada Eugene yang mulai memasuki ruangan.

"Astaga, lihat itu. Tuan muda Eugene tampan sekali."

"Bagaimana bisa Tuan muda Eugene setampan itu."

"Darah keluarga Laurent memang tidak bisa berbohong. Tuan muda Eugene sangat tampan."

Bisikan-bisikan kagum terdengar dari para wanita yang terpana dengan ketampanan Eugene.

Tapi kekaguman itu tidak lagi dapat Lumiel rasakan. Dia berdiri tidak tenang di antara pelayan yang berada di deretan belakang.

Cemas, panik dan khawatir memenuhi hatinya tepat setelah dia memasuki aula. Hari dimana akar terjadinya tragedi-tragedi yang dia tahu telah tiba. Mengetahui masa depan yang akan terjadi merupakan suatu hal paling buruk yang Lumiel alami. Sudah berkali-kali dia mencoba untuk tidak peduli, tapi fakta bahwa tragedi yang pasti terjadi hari ini akan melahirkan seorang iblis licik cukup mengganggunya.

I Am The Servant Of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang