03 : pertemuan III

309 55 2
                                    

Tiga hari telah berlalu, tapi amarah Eugene masih belum mereda. Semenjak kejadian itu, Eugene selalu berteriak marah dan membuang piring makanan hingga membuatnya pecah berantakan di lantai.

Dan hal yang sama juga terjadi pagi ini. Suara pecahan dari piring yang Eugene lempar kembali terdengar.

Biasanya, Rhison akan merapikan pecahan piringnya, sementara Lumiel merapikan meja makan. Namun, kali ini berbeda. Tangan Lumiel lebih dulu mencegah Rhison sebelum dia sempat berlutut.

"Tuan muda. Apa anda menyukainya?" Suara tenang Lumiel terdengar memecah keheningan yang sempat terjadi.

"Hah?"

Lumiel mengangkat wajahnya dan berbalik menatap langsung Eugene yang berdiri di belakangnya. Rhison yang melihat suasana mulai memburuk, mencoba membuka mulutnya hendak menghentikan. Namun, suara Lumiel lebih dulu membungkamnya.

"Saya bertanya pada anda. Apa anda menyukai melempar piring? Kalau memang benar demikian, akan saya siapkan satu lusin untuk anda lemparkan."

"Apa? Kau beran-"

"Maafkan saya jika saya bersikap lancang saat ini, Tuan muda. Namun, jika memang Tuan muda ingin membalas dendam pada saya yang telah memecahkan teko tepat di depan anda, seharusnya anda langsung saja melemparkan teko ke wajah saya."

Dengan tenang, Lumiel melangkahkan kakinya kearah troli dan meraih teko yang ada di atasnya.

"Silahkan Tuan muda." Sambil menundukkan kepalanya, dia sodorkan teko tersebut kedepan Eugene yang membelalakkan matanya terkejut.

"A-apa yang kau lakukan?!! Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?!!"

"Saya juga ingin tahu, Tuan muda." Lumiel mengangkat wajahnya. "Saya ingin tahu kenapa Tuan muda selalu melemparkan makanan yang saya hidangkan. Kenapa Tuan muda tidak ingin memakan makanan yang sudah disiapkan? Bukankah Tuan muda sudah merasakannya? Pusing, lemas dan mual. Apa Tuan muda tau apa yang akan terjadi jika Tuan muda terus melewatkan jam makan anda?"

Suasana sunyi sejenak. Kedua pria yang ada di dalam kamar itu terdiam, menunggu kelanjutan dari perkataan Lumiel.

"Anda tidak akan bisa berlatih mengembangkan kemampuan anda karena tidak ada asupan yang bisa menambahkan energi anda. Tuan muda hanya akan berakhir terbaring di ranjang nanti. Apa anda ingin membiarkan Tuan muda Alston menyusul dan meninggalkan anda begitu saja? Apa anda ingin menyaksikan wajah kemenangan dari Tuan muda Alston?"

Perubahan ekspresi terlihat di wajah Eugene setelah mendengar kemungkinan yang akan terjadi. Wajah memerah yang penuh amarah dengan tangan yang terkepal kuat menandakan betapa dia membenci apa yang baru saja Lumiel katakan. Melihat Eugene mulai menunjukkan reaksi, Lumiel pun memulai niat awalnya.

"Tuan muda. Saya tahu, anda tidak ingin semua hal itu terjadi, bukan? Jika anda rajin memakan makanan yang saya hidangkan, anda akan memiliki kekuatan untuk berlatih dan mengembangkan keahlian anda. Dengan begitu, anda akan bisa menyusul dan bahkan meninggalkan Tuan muda Alston di belakang anda."

Setelah beberapa saat terdiam, Eugene pun menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan makan. Aku akan makan dan berlatih agar bocah pendek itu tidak akan bisa menandingiku." Setelah mengatakan hal itu dengan nada angkuh, Eugene pun kembali mendudukkan dirinya di kursi di samping meja makan dan mulai memakan makanan yang masih ada di sana.

Lumiel tersenyum bangga karena berhasil membuat Eugene makan dengan lahap.

'Heh, pintar kali aku ini.'

*
*
*

"Hei, Lumiel. Yang kau lakukan tadi lumayan juga. Apa setelah dikejar beruang beberapa waktu lalu rasa takutmu menjadi lenyap?" Rhison menyenggol lengan Lumiel dengan wajah senang saat mereka berjalan beriringan di lorong menuju dapur.

I Am The Servant Of The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang