🅕︎🅞︎🅛︎🅛︎🅞︎🅦︎
🅥︎🅞︎🅣︎🅔︎
🅚︎🅞︎🅜︎🅔︎🅝︎Hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Arjuna melajukan mobilnya ke arah pemakan umum.
"Sepertinya kita harus mampir ke sini dulu." Setelah mengucapkan kalimatnya Arjuna turun dari mobil.Alisha yang tidak tahu menahu harus terseret kedalamnya. Berada di lingkungan keluarga yang baru saja di kenal, cukup membuatnya canggung. Berakhir hanya mengikuti mereka memasuki area pemakan umum.
Anya orang pertama yang berlutut, mencium batu nisan ibunda. Rindu Bunda, puisi yang menggambarkan seberapa rindu Anya pada Dana. Gerak geriknya pun tak luput mengilustrasikan selemah apa dia tanpa sosok seorang ibu.
Semuanya telah selesai melafalkan doa untuk almarhumah Vandana, Anya menaburkan bunga Lily kesukaan Dana. Diikuti Arjuna menyiram gundukan tanah yang dihiasi rerumputan dengan air doa.
Arjuna mengelus batu nisan almarhumah istrinya. "Assalamualaikum, Sayang. Apa kamu bahagia di sana? Aku harap begitu."
Menunduk lesu, melanjutkan kembali ucapannya, "Seperti kataku kemaren, aku kembali lagi. Hari ini aku membawa Ibu dan anak-anak."
"Satu lagi aku kesini bersama Dokter gadungan, apa kau tahu Dana? Belum sempat satu minggu aku sudah harus bolak balik ke Klinik gigi." Arjuna bersemangat mengadukan Alisha pada Vandana.
Dokter yang dia cap gadungan, tapi dokter itu pula yang beberapa minggu belakangan ini berhasil membuat denyut jantung Arjuna melaju lebih cepat. Entah Arjuna tidak menyadarinya atau memang pria itu menolak rasa yang ada dalam atma?
"Assalamualaikum, Mba. Semua itu fitnah, salahkan saja suami Mba. Sepertinya saya harus menjabarkannya di sini." Alisha menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya.
"Apa Mba tahu? Jikalau suami Mba ini sama sekali tidak menjaga pola makan Cia, mengakibatkan gigi anak itu berlubang cukup parah. Suami Mba malah menyalahkan saya, padahal sudah sangat jelas itu kesalahannya, bukan?" ucap Alisha meminta pembelaan, meski hanya mengadu pada gundukan tanah.
Menurut Alisha dia sudah melakukan tugasnya dengan semestinya, Arjuna lah yang tidak bisa menyikapi masalah. Contohnya dia tidak mau tahu masalah gigi Cia, pria itu hanya ingin hasil memuaskan tanpa ikut andil di dalamnya.
"Fitnah dar–"
Hani memotong kalimat putranya, "Sudahlah Arjun, berdebat dengan wanita tak akan ada habisnya. Percayalah kau yang akan kalah," ucap Hani memperingati.
Selain rumit dan sulit dimengerti. Wanita juga tidak bisa di debat, sekalipun kalian seorang pengacara yang pintar memberikan apologi. Tetap, wanita lah yang menang. Jangankan berharap lebih unggul, seri saja susahnya minta ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Arogan (hiatus)
RomanceSebelum baca jangan lupa follow, biasakan untuk vote dan komen. Note: Cerita ini direvisi (rombak besar-besaran). Start Rev: 02/12/2023 End: ༶•┈┈⛧┈ Duda Arogan ┈⛧┈┈•༶ Ini tentang pertemuan tak sengaja Alisha dan pasien kecilnya, Leticia. Pertemuan...