Kami tiba di villa sekitar pukul sembilan malam. Perjalanan cukup melelahkan, setelah turun dari pesawat kami harus naik taksi dengan waktu tempuh hampir tiga jam. Hyunsuk pasti sangat kelelahan, pasalnya begitu pulang dari kantor, kami bergegas ke bandara. Takut tertinggal pesawat.
Aku melirik Hyunsuk yang sudah tidur lebih dulu diranjang. Begitu sampai dia langsung mandi dan merebahkan diri, mungkin tidak sadar perlahan terlelap. Padahal malam ini aku ingin menunjukkan lingerie yang dia belikan. Aku pikir itu sangat imut, tapi memutuskan untuk memakai baju tidur yang lain. Mengingat hawa pegunungan cukup dingin. Aku tidak mau membangunkannya hanya untuk menghangatkan tubuhku.
Setelah selesai merapikan beberapa barang, aku menyusul Hyunsuk ke atas ranjang, menutup tubuhnya dengan satu selimut yang sama, menyingkirkan bantal guling yang membatasi area kami. Kemudian memeluk Hyunsuk. Merebahkan kepala pada dadanya sebentar, sebelum mengecup pipi itu beberapa kali.
Aku masih enggan untuk terlelap. Menopang kepala dengan satu tangan dan memandangi wajah suamiku yang tampan. Mengingat kisah hidupnya tempo hari, aku jadi sedikit sedih. Hyunsuk hanya memiliki ku sebagai tempat untuk pulang. Tidak ada yang lain.
"Apapun yang terjadi... aku akan tetap mencintaimu, Suki!" gumamku, mengelus lembut ujung dahinya.
Keheningan malam tidak benar-benar senyap, suara belalang dan serangga di luar saling bersahutan. Gemericik aliran air sungai di bawah villa sampai terdengar meski samar. Aku mengangkat kedua alis menyadari Hyunsuk mendenguskan tawa kecil tanpa membuka mata.
"Heum? Kenapa tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?" Dia bertanya dan langsung memiringkan badan untuk memeluk pinggang ku.
"Hee... aku pikir kamu sudah tidur, Sayang," ujarku. Memperhatikan Hyunsuk yang mulai menelusup pada ku seperti bayi. Di dalam selimut, kakinya melilit kakiku agar tidak ada ruang diantara kami. Rasanya sedikit menggelitik saat dia melakukan gesekan pelan, apalagi wajahnya sengaja ditenggelamkan dalam dadaku. Sekarang kami benar-benar memilin satu sama lain.
"Sudah, tapi ciuman mu membuat sebagian nyawaku kembali."
"Eh, maaf... aku tidak bermaksud untuk membangunkan mu," sesal ku, sedikit lesu.
"Iya Sayang, tidak apa-apa. Rasanya cukup melelahkan setelah satu minggu sangat sibuk dengan pekerjaan. Aku ingin dimanja, boleh?" Hyunsuk mendongakkan kepala demi mendapati respons ku. Irisnya memancarkan cahaya permohonan. Berharap aku menuruti permintaannya. Aku jadi tidak tega, lantas bertanya,
"Boleh, Sayang. Apa yang bisa ku lakukan?"
"Aku ingin... kamu mengelus kepalaku sampai tertidur nyenyak," tuturnya sangat manja.
Aku mengangguk setuju bersama kekehan gemas yang tercipta. Hyunsuk kembali pada posisi sebelumnya, menenggelamkan wajah dalam dadaku. Saat itu jemariku langsung bergerak mengelus surainya sembari berucap,
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Serve || Choi Hyunsuk
Fanfiction(Series of Choi Hyunsuk - Sweet Ice Cream) "Kisah cinta kita layaknya sebuah es krim soft serve, manis, lembut dan sedikit keras di bagian cone-nya. Juga toping yang menimbulkan rasa keterkejutan." . Peringatan!! Konten Dewasa. Bukan untuk anak-anak...