41 : Makanan Manis

870 73 3
                                    

Selepas acara makan bersama dirumah ibu, kami kembali ke apartemen. Aku memutuskan untuk tidak memberitahukan soal pesan itu pada Hyunsuk. Memilih mengganti nomer ponsel dan tak ingin ambil pusing. Berharap itu mampu membuat pesan anonim terhenti. Semua berjalan sesuai harapan, masalah Hyunsuk di kantor pun selesai tidak lama kemudian. Hari demi hari berlalu, kehamilanku masuk trimester kedua. Mual di pagi hari sudah mulai berkurang, demamku pun sudah jarang menyerang. Sekarang giliran nafsu makan yang mulai bertambah setiap harinya.

Aku sedikit kesulitan mengontrol makanan manis, apalagi peremen. Mulutku seringkali pahit dan hampa, satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa itu hanya pada makanan manis. Seperti hari ini, pulang dari kuliah aku langsung menyantap beberapa kue tart didepan televisi. Berlanjut makan tiga es krim yang berbeda rasa. Hyunsuk pasti akan marah jika mengetahuinya, dia sudah sering mengingatkan ku dan menjadi cerewet akhir-akhir ini. Untung saja sekarang dia sedang bekerja.

Dengan santainya, aku membuka bungkus permen lolipop yang dibeli tadi. Warnanya yang beragam sangat menggugah selera, tentu aku tergoda. Perlahan mengigitnya sampai habis setengah lingkaran, aku terlonjak mendengar pintu apartemen terbuka disusul sebuah seruan,

"Hanni, aku pulang Sayang~"

Itu Hyunsuk?! Gawat! Dia pulang lebih cepat dari biasanya. Ini baru jam lima sore.

Lantas kelabakan, aku terburu menyembunyikan semua permen dibalik bantal sofa. Tepat dibalik punggungku. "I—

iya, Suki. Selamat datang."

Aku berusaha tidak panik, pura-pura menikmati acara televisi. Begitu sampai diruang tengah, dia langsung mencium pucuk kepala ku dan bertanya, "Harimu berjalan baik, Sayang?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Dengan perasaan was-was mendongakkan kepala untuk melihatnya. "Tu—

tumben kamu pulang lebih awal?"

"Iya, aku ingin—" Dia berhenti menggerakkan mulut, memperhatikan wajahku dengan seksama. Lalu mendudukkan diri dan mencapit daguku. "Kamu makan permen hari ini?"

Aku menelan ludah, tidak segera menjawab. Dalam hati berdecak, bagaimana bisa dia tau?
Memilih memalingkan muka, aku kebingungan mencari susunan kata. Beharap mampu menemukan alasan dengan cepat.

"Hanni jawab pertanyaan ku!" Hyunsuk mendesak, nada bicaranya mulai tegas sekarang.

"Ti—

tidak, Suki. Aku baru selesai minum susu," alibi ku, menampakkan senyum palsu untuk menutupi kebohongan itu. Secara mendadak  jemari Hyunsuk mengusap bibirku dan mengambil sesuatu disana.

"Ini apa, hm?" Dia menunjukkan serpihan kecil permen lolipop. Hal tersebut mampu membuatku melotot tak percaya. Seberantakan itu aku makan? Selesai sudah, aku tidak bisa beralasan lagi.

"Maaf... aku tidak bisa menahannya." Merasa menyesal, aku menunduk. Memintal kedua jemari, sedikit takut.

"Berikan semua permennya padaku." Hyunsuk menambahi, menengadahkan satu tangannya didepan ku.

"Sudah habis." Aku berbohong lagi. Niat hati ingin memakannya diam-diam nanti.

"Hanni—"

"Iya, Sayang iya." Aku menyerah, terlalu takut memberontak. Kemudian membuka bantal di balik punggung dan menyerahkan semua permen ke tangannya, termasuk yang sudah ku makan setengah.

Hyunsuk menghela napas panjang. Sudah pasti kecewa. Dia langsung berdiri dan beranjak menuju dapur. Meninggalkan tas kerjanya diruang tengah. Karena penasaran, aku pun menyusul. Sampai pintu dapur, aku terbelalak seketika, menangkapnya sedang mengecek isi kulkas.

Soft Serve || Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang