49 : Kuis

370 28 21
                                    

Selepas menyelesaikan pekerjaan, aku menutup laptop dan melamun sebentar. Mengingat hasil laporan penyelidikan polisi, mengenai kebakaran kedai waktu itu. Mereka bilang sudah menemukan beberapa bukti, alat pemantik dan botol besar bekas minyak tanah yang dibuang tak jauh dari area Kediaman Kim. Sudah pasti kejadian itu bukan kecelakaan, melainkan perbuatan yang direncanakan. Aku sudah tidak sabar mengetahui siapa pelakunya, akan ku pastikan dia mendekam dalam penjara dan mendapatkan balasan yang setimpal. Polisi masih mengusut sidik jari yang terdapat dalam benda-benda tersebut, tinggal menunggu hasilnya, lalu melakukan pencarian. Kalau terbukti mereka yang melakukannya lagi, aku tidak akan segan mengambil tindakan kali ini. Mereka sudah terlalu jauh.

Setelah membuang napas panjang, jemariku meraih laporan hasil tes darah milik Hanni dalam laci meja kerja dan menatapnya lamat-lamat. Tak terasa, aku sudah membengkalaikannya selama satu bulan karena terlalu sibuk mengurusi perintah sang Nyonya Besar—aku tidak ingin lagi menyebutnya ibu, bagiku dia terlalu kejam untuk sebutan hal seperti itu—Sekarang bulan Desember telah datang.

Aku mengingat lagi ucapan sang dokter, dia menerangkan bahwa dalam darah Hanni terdapat beberapa kandungan obat yang memicu kontraksi dan hal tersebut mampu meluruhkan dinding rahim.

Jadi... mungkinkah peristiwa itu tidak sepenuhnya murni kecelakaan? Apakah Hanni sengaja mengkonsumsi obat-obatan tertentu? Tapi kenapa? Apa dia tidak menginginkan anakku lahir? Ah, itu tidak mungkin! Kami sangat bahagia dengan kehadirannya.

Aku mengelus dagu, masih menerka-nerka kemungkinan. Sebelum kejadian itu, kira-kira apa yang dia makan? Apa yang dia minum, ya? Mungkin saja ada yang sengaja memasukkan obat-obatan itu.

Beberapa detik setelahnya aku teringat satu hal dan terburu membuka pesan siang itu di ponsel Hanni. Membacanya ulang dengan seksama.

 Membacanya ulang dengan seksama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmm... masakan ibu, ya? Aku berpikir keras sembari menyugar rambut beberapa kali. Belum sempat menemukan satu keyakinan, sebuah jemari lembut membelai pundakku, begitu menoleh satu ciuman mendarat langsung di pipiku. Sontak terkejut, aku menutup bekas ciuman itu dengan telapak tangan.

"Hwiseo, apa yang kamu lakukan?" Aku bertanya dengan alis tertaut.

Gadis itu tersenyum lebar. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih. "Memangnya kenapa? tidak boleh mencium suami sendiri?"

Aku menghela napas panjang, lalu menghindari tatapan matanya. Tidak berminat memberikan balasan. Aku pun segera merapikan kertas-kertas ditangan dan menyimpannya kembali ke tempat semula. Gadis itu—yang kini duduk diatas meja—terus saja menatap tiap gerak-gerik ku.

"Sebaiknya kamu tidur, ini sudah hampir tengah malam." Aku memberi saran. Sejujurnya masih ingin menikmati waktu sendiri.

"Aku menanti mu selesai sejak tadi, Kak Hyunsuk. Menunggu itu membosankan dan sekarang kamu mengusirku begitu saja. Setidaknya gedong aku sampai kamar!" Dia memprotes dengan mimik cemberut. Alih-alih membuatku takut, dia malah menjatuhkan kesan cukup imut. Entah kenapa aku tertawa kecil melihatnya.

Soft Serve || Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang