Anjani menatap cincin yang menghiasi jari manisnya sambil senyum-senyum. Teringat kembali pada hari dimana Tara melamarnya dan menyematkan cincin itu ketika Anjani merimanya. Tak pernah ia sangka bahwa dirinya akan berakhir bersama Tara.
Anjani dan Tara dulu satu kampus. Tara adalah teman seangkatan Anjani di Mapala. Mereka menghabiskan masa-masa kuliahnya dengan segala macam kegiatan Mapala selama empat tahun. Tara adalah mantan ketua yang dulu sering membuat Anjani jengkel karena mereka sering beda pendapat.
Setahun setelah mereka lulus, Anjani dan Tara tak sengaja bertemu kembali. Rupanya tempat kerja mereka masih satu daerah. Secara alami mereka pun jadi sering bertemu. Salah satu pasti ada yang meminta bertemu—walau lebih sering Tara.
Beberapa bulan kemudian secara mengejutkan Tara mengungkapkan perasaannya. Anjani tak langsung menerimanya saat itu juga. Anjani memikirkannya baik-baik dan menggantung perasaan Tara cukup lama sampai akhirnya ia memutuskan untuk menerimanya.
Dan sekarang setelah tiga tahun berpacaran, mereka sepakat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
Kalau diingat-ingat lagi sebenarnya banyak momen manis diantara mereka. Sayangnya dulu Anjani terlalu malas untuk menyadari. Ia selalu memusuhi teman-teman angkatannya yang membuatnya kesal—tanpa terkecuali—dan melupakan momen manis yang pernah terjadi.
Anjani menghela napas pelan dan memutar-mutar cincin itu. Tiba-tiba ia jadi teringat dengan teman-teman angkatannya. Kira-kira bagaimana reaksi mereka kalau tahu Anjani akan menikah dengan Tara?
"Ter, kamu masih kontakan sama anak-anak?" tanya Anjani berhasil merebut atensi Tara dari layar laptop.
"Cuma sama Tristan kadang-kadang, yang lainnya udah jarang banget apalagi yang cewek-cewek." Tara mengangkat gelas kopi miliknya dan menyeruputnya pelan. "Kenapa emangnya?"
"Ehm ... aku bingung gimana ngasih tau mereka soal pernikahan kita. Kira-kira mereka bakal kaget gak ya?"
"Mungkin. Tapi harusnya gak begitu kaget. Kita beberapa kali upload foto bareng."
"Iya sih, tapi kayanya mereka gak tau kalau kita pacaran." Anjani merenung.
"Sebenarnya aku ada ide, tapi gak yakin kamu bakal setuju atau nggak." Tara menggeser laptopnya dan menumpu wajahnya dengan sebelah tangan.
"Apa?"
"Gimana kalau kita bikin reuni sambil ngasih tau pernikahan kita?"
"Reuni? Tapi sekarang mereka udah mencar-mencar. Sayang banget kalau datang jauh-jauh cuma buat kumpul sehari habis itu pulang lagi. Apalagi kalau gak salah Tristan udah balik ke Riau kan?"
"Iya. Makanya kita reuninya jangan cuma kumpul-kumpul, gimana kalau sekalian liburan?"
"Liburan?"
Tara mengangguk antusias. Setelah itu ia menjelaskan rencana liburannya. Saat masih kuliah mereka memang sering mengadakan trip ke berbagai tempat, biasanya Yuskhaf yang mempelopori. Kali ini peran itu diambil alih oleh Tara.
"Oh ide bagus, tapi kira-kira mereka bakal mau gak ya? Kamu kan tau sendiri kita udah lama gak kontakan terus kaya canggung aja gitu rasanya."
"Gak akan tau kalau gak dicoba."
Anjani memasang wajah ragu-ragu. Selain Tara, ia tak yakin apa mereka masih bisa disebut teman atau tidak. Terlalu banyak hal yang terjadi diantara mereka dan bukannya menyelesaikan, sang waktu malah mengikis komunikasi diantara mereka.
"Sekalian memperbaiki hubungan pertemanan kita juga. Sayang banget kalau kita gini terus selamanya padahal kita udah bareng-bareng dari jaman Maba. Udah pernah setenda bareng, mandi lumpur bareng, nyebur bareng dan segala macam lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Segi Delapan [END]
General FictionJenang, Jipang, Liwet, Rumput, Terong, Talas, Jala dan Yangko adalah anggota Mapala angkatan 18 yang diresmikan melalui pelantikan penuh haru di puncak Gunung Merbabu. Mereka sang juara yang berhasil bertahan setelah melewati serangkaian penerimaan...