Terik matahari sore menyambut kedatangan Anjani dan kawan-kawannya. Tristan menghentikan mobil di parkiran dekat gedung UKM. Suasana kampus di hari minggu cukup sepi. Hanya terisi anak-anak organisasi dan para pemburu wifi.
Seorang lelaki menghampiri mereka. Ia bercakap-cakap dengan Tara dan memperkenalkan diri sebagai ketua Mapala tahun ini.
“Oh, kamu toh ketuanya.” Sora menyunggingkan senyum ramah.
“Iya Mbak.” Lelaki itu mengangguk. “Yang lain udah di dalem Mbak, ayo masuk aja.”
Tara berjalan paling depan, memimpin teman-temannya masuk ke dalam gedung UKM yang penuh kenangan itu. Setelah melewati ruang hall, mereka belok kiri. Basecamp Mapala ada di paling ujung, melewati ruangan UKM-UKM lain yang pintunya tertutup rapat.
“Nah, tuh mereka udah dateng.” Suara Rosie menggelegar. Dia, Yuskhaf, Jovan dan beberapa junior Mapala sedang duduk-duduk manis di teras depan.
Gedung itu berbentuk huruf U yang di tengahnya dibiarkan terbuka sehingga setiap ruangan tak akan kekurangan cahaya ataupun udara. Di bagian belakangnya tertutup oleh tembok pembatas kampus. Di depan ruang Mapala sendiri terdapat sebuah kursi kayu panjang yang kini digeser ke paling ujung agar bisa digelar tikar untuk mereka pakai duduk-duduk.
“Udah lama kalian di sini?” tanya Tara.
“Aku sama Jovan belum lama, kalau Yangko udah dari tadi siang.”
Rombongan Tara masuk ke dalam basecamp, memberi salam pada junior yang ada di sana, lalu bergabung dengan Rosie dan yang lainnya di teras depan.
“Tuh, jajannya di makan ya.” Tara meletakkan sekantong jajanan di dalam basecamp yang ia beli di minimarket.
“Yaampun bumil apa kabar?” Rosie memberi gestur agar Sora duduk di dekatnya. Rosie masih lah Rosie yang ceria. Ia seperti matahari yang menyilaukan.
“Baik Put, kamu apa kabar nih? Katanya udah tunangan?”
Rosie senyum malu-malu. Semasa kuliah Rosie adalah orang tersibuk diantara mereka. Selain bergabung dengan Mapala, ia juga ikut UKM Radio Kampus. Suaranya sering mengisi siaran pagi atau sore hari. Ia juga sering diundang menjadi pembawa acara. Rosie cukup dikenal banyak orang dari berbagai fakultas. Selain itu ia juga sering membuat vlog jalan-jalan. Kini ia memiliki pengikut paling banyak di media sosial karena terkenal sebagai vlogger. Apalagi dia bekerja di perusahaan travel yang sangat mendukung hobinya.
“Kamu berangkat bareng Jala?” tanya Sora yang langsung mendapat anggukan dari Rosie. Ia dan Jovan sekarang memang menetap di Bali.
Berbeda dengan Rosie, Jovan menekuni bisnis fotografi, Dia sudah punya studio sendiri yang cukup terkenal di sana. Sejak dulu Jovan memang hobi memotret. Acap kali ia menjadi seksi dokumentasi dalam sebuah acara.
“Mukamu gak berubah ya Jen? Masih aja kelihatan galak,” celetuk Yuskhaf sambil tertawa. Ia bergeser memberi ruang untuk Anjani dan Tara.
“Ya lo berharap muka gue berubah jadi apa?” tukas Anjani.
“Minimal kelihatan kalem kaya Jipang lah, atau ceria kaya si Rumput tuh. Pas datang dia langsung senyum lebar banget gak kaya lo yang cemberut.”
“Gue masih capek Ya Allah Koh.” Muka Anjani memelas sementara Yuskhaf tertawa kecil. Nama rimba pria itu adalah Yangko, tapi teman-temannya sering memanggil Koh. Padahal dia tak punya darah China sama sekali. Tak terlihat pula seperti kokoh-kokoh Surabaya meski sekarang ia sedang tinggal di sana.
“Liwet belum datang ya?” Pertanyaan Tristan refleks membuat teman-temannya menoleh serempak dengan ekspresi yang sama.
Lantas Rosie menyeletuk, “Cie nanyain Mbak mantan. Kangen ya Las?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Segi Delapan [END]
General FictionJenang, Jipang, Liwet, Rumput, Terong, Talas, Jala dan Yangko adalah anggota Mapala angkatan 18 yang diresmikan melalui pelantikan penuh haru di puncak Gunung Merbabu. Mereka sang juara yang berhasil bertahan setelah melewati serangkaian penerimaan...