🌲 Sisi Dua

264 42 5
                                    

Puas menikmati pantai Watulawang, mereka beranjak menuju destinasi selanjutnya, yaitu Pantai Kukup yang dapat ditemput dengan waktu 25 menit. Lokasinya masih berada di kawasan Gunung Kidul, dekat dengan Pantai Baron dan lebih terkenal dibanding pantai sebelumnya.

Kali ini Rosie yang menyetir. Di sampingnya ada Jovan. Perjalanan singkat mereka diisi godaan teman-temannya tentang Livi dan Tristan. Meski heran dengan perubahan tiba-tiba Tristan, tapi mereka senang karena melihat kecanggungan mantan pasangan itu yang mulai runtuh. Kalau terus seperti ini bukan hal mustahil kalau suatu hari mereka kembali mengadakan perjalanan atau reuni.

“Gue baru tau lo bisa nyetir juga Put.”

Rosie tersenyum bangga tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

“Diajarin ayang dong,” jawabnya.

“Oh, yang mas-mas dokter itu ya?”

“Ih, kok lo tau Jal?”

“Ya mohon maaf neng, story lo bucin semua gimana gue gak tau?”

Jangan heran dengan gaya bicara mereka yang kadang aku-kamu, kadang gue-lo, kadang juga pake sapaan jawa. Mereka memang suka ganti-ganti sesuka hati, sudah kebiasaan dari dulu akibat adanya percampuran budaya.

“Ciee sering ngestalk gue ya Mas Jal?”

“Nggak jadi ngomong gue Put, lupain aja!” Wajah Jovan masam, dia menopang kepalanya dengan sebelah tangan yang tersandar pada kaca jendela.

“Ngambekan dih.”

“Jomblo dia Put jadi sensitif.”

“Kaya lo gak jomblo aja Las!” Jovan menyahut.

“Talas mah walau jomblo masih ada Mbak mantan terindah. Ya gak Las?”

“Yoi!”

Tristan dan Sora adu tos sambil cekikikan. Livi memukul bahu Sora dari arah belakang. Perempuan itu sepertinya belum terbiasa dengan tingkah baru Tristan.

“Eh, jangan salah loh Jala tuh walau jomblo tapi TTM-nya banyak. Tiap tikungan ada.”

“Wah fakboy lo Jal, parah.”

Bukannya tersinggung, Jovan malah bersenandung riang. “Aku memang pencinta wanita, tapi kubukan buaya.” Suaranya pas-pasan, tapi masih enak didengar.

“Anjir jadi inget dulu gue merasa ganteng banget tiap habis dengerin lagu itu.”

“Rill cuy!”

Obrolan diisi para cowok, tapi beberapa menit kemudian kembali pada topik awal, yakni tentang Tristan dan Livi.

“Dulu Liwet sering muji-muji Talas paling ganteng diantara kita. Kalau sekarang masih sama gak Li?”

“Apaan sih, kok nanya gue?”

“Ya masa nanya ibu-ibu warung?”

“Gak tau.”

“Jiah salting.”

Kalau Jovan tidak duduk di paling depan, Livi pasti sudah menoyor kepalanya.

“Udah jangan diledikin terus nanti cinlok lagi.”

“Hahaha.”

Mereka tertawa kompak mendengar celotehan Rosie.

“Masih jauh gak sih?”

“Li sumpah mukamu merah.”

“Ini karena tadi kena matahari.”

“Nggak. Mukamu kan gak kaya Terong.”

Segi Delapan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang