🗝-11 : puzzles.

13 3 0
                                    

Perpustakaan Hogwarts tidak pernah menjadi tempat yang mengecewakan disaat kau memilihnya sebagai tempat peristirahatan. Ketenangan selalu menyelimuti suasana dalam perpustakaan tersebut, aroma buku buku pada setiap rak menyeruak pada seluruh isi ruangan, membuat benak serta hati seperti dinetralisirkan.

Seorang gadis berjubah Slytherin itu pikir dengan mencari suatu pecahan di perpustakaan akan cepat terselesaikan, tapi takdir berkata lain terhadap otaknya. Callista berdiri dari tempat duduknya, setelah 4 jam berkutat dengan 5 buku tebal berisikan berbagai macam mantra mantra yang akan ia pakai untuk tugas pertamanya pada turnamen Triwizard.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?." Callista menggelengkan kepalanya, mengeluarkan surat yang dikirim oleh ibu dan ayahnya 1 minggu yang lalu.

Gadis itu kembali duduk, "Aku baru menemukan 2 mantra, Confringo dan Incendio..." Harry mengambil surat tersebut dari genggaman Callista, membacanya dengan seksama.

Cally, my dear...

We heard your name was one of the participants in the Triwizard Tournament...Daddy, he's proud of you. But, Mom was actually very worried about the news . Be Careful, Okay? (Btw, Gio miss you, here)

I have big news, c-3ND-o, guess what is it? If you guessed It right, Don't forget to ask Fred and George to teach you.

Our love sincerely,
Charles Jacqueline & Lasmaria Jacqueline.

"Callista... surat ini terlihat seperti-"

"Surat biasa? Itulah mengapa aku selalu berada dalam peringkat 3 besar." Harry hanya diam, menatap isi surat itu kembali dengan seksama. Namun pria itu tak mendapat pencerahan sedikit pun akan mantra mantra yang akan digunakan Callista untuk tugas pertama mereka di turnamen Triwizard nantinya.

"Sisa berapa mantra lagi?." Callista menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja. "Dua lagi." Sahut Callista.

Harry merasa bersalah karena tak bisa membantu temannya memecahkan teki teki kedua orang tuanya. Ditambah lagi pria itu dengan mudahnya mendapat bantuan oleh Profesor Moody, sementara Callista disini malah bertempur dengan 5 tumpukan buku hanya untuk mencari beberapa mantra.

"Callista? Harry?." Reflek yang dipanggil menoleh, Hermione berdiri disana dengan satu perkamen pada pelukannya. Gadis itu pasti sedang menulis catatan di perpustakaan.

"Kalian belajar mantra? Di dalam perpustakaan?." Hermione menatap 5 buku tebal yang berserakan di atas meja. "Tidak juga... aku sedang mencari empat mantra yang di sebut oleh ayah dan ibuku pada surat ini."

"Lalu sudah kau dapat semua?." Callista menghembuskan nafasnya dengan berat, merasa sudah pusing dengan buku buku tebal didepannya, gadis itu berdiri, membereskan buku buku tersebut.

"Aku akan kembali ke asrama, beristirahat. Aku tidak mau tugas pertama ku dilanda pusing yang luar biasa."

Setelah berpamitan pada Harry dan Hermione. Callista beranjak dari perpustakaan. Sepanjang perjalanannya menyelusuri lorong demi lorong hanya untuk sampai pada asramanya, gadis itu tak membiarkan perjalanannya dengan sia sia, kembali membaca isi surat ibunya.

"If you guessed It right..." Callista bergumam, langkah kakinya perlahan melambat saat membaca kalimat tersebut. Berulang kali Callista mengulang kalimat itu pada benaknya, sampai dimana ia tak sadar melewati ruangan Profesor Snape dengan pintu terbuka cukup lebar. Callista berniat untuk pergi, namun percakapan Profesor Snape dengan seorang pria dewasa, entah bersama siapa. Hanya saja sangat menarik kemampuan gadis itu untuk menyimak sejenak di samping pintu ruangan Profesor Snape.

"Aku tahu, jadi ku hapus isi mantra ku disitu."

"Bagus. Gadis itu akan berbahaya, jika dia menyadari bahwa dia memiliki sihir yang tak dimiliki oleh orang lain, pada dirinya."

"Lalu apa sudah kau cek dengan mantra lainnya?." Lanjut pria asing itu lagi pada Profesor Snape.

"Lembaran itu diberi suatu mantra pengusik benak jika disentuh sembarang orang, namun karena ada mantraku pada perkamen tersebut jadi dengan mudah bisaku hapus saat merasakan hawa yang tak familiar datang dari burung hantu itu yang membawanya."

"Aku tidak masalah jika Mr. Ja-"

Callista membelalakkan matanya saat menyadari seseorang yang menarik tubuhnya dan menutupi mulutnya sebelum ia berteriak karena terkejut. Pria itu menunduk, menatap dua obsidian hijau itu dengan tatapan sinis, "Apa yang kau lakukan disini?." Callista melepaskan tangan kanan Draco yang sedang membekap mulutnya.

"Harusnya aku menanyakan hal itu padamu." Draco dengan nada dinginnya menatap wajah Callista yang sedang memasang tampang datar.

"Senang menguping orang?." Suara Draco kembali. Perkataan pria itu membuat Callista menatapnya dengan sinis, dan melihat arah lain.

Callista mencoba tenang, ingin kembali mengetahui apa yang dibicarakan oleh Profesor Snape dengan orang asing itu. Namun, Jarak mereka yang begitu dekat membuat gadis itu tak bisa fokus menggunakan kemampuannya.

"Minggir." Ketus Callista, Draco dengan tatapan dinginnya mundur beberapa langka, membiarkan gadis itu pergi dari hadapannya.

***

I have big news, c-3ND-o, guess what is it? If you guessed It right, Don't forget to ask Fred and George to teach You.

"Ayolah berpikir lebih jernih lagi Callista." Gadis berambut coklat itu duduk pada sofa kamarnya, menatap isi perkamen yang berisikan berbagai macam cakaran hanya untuk mencari dua mantra tersisa.

Callista kembali memakai pena bulunya untuk mencoret, menyilang, mencoreng dan menulis beberapa huruf untuk membentuk ejaan mantra.

"If... It right... It? I kapital sendiri.."

"Di depan right terdapat koma.... Don't... D kapital."

"You... y kapital." Callista menulis tiga huruf kapital tersebut, mencoba untuk mengingat mantra mantra yang pernah di ajarkan oleh ayahnya.

"I,D,Y . Fred? F." Callista kembali diam, berusaha menjelajahi memori memori bersama ayahnya saat belajar. "c..3 N D." Tangan lentik gadis itu kembali menggerakkan pena bulu sehingga menggabungkan huruf huruf tersebut.

"Jika ditulis, seperti..." Seraya menyusun huruf huruf tersebut dengan teliti, mata gadis itu tak sengaja menatap nama ibu dan ayahnya pada surat tersebut. "Bagaimana bisa nama kalian terbalik." Callista tersenyum tipis, rasa rindu pada kedua orang tuanya tiba tiba muncul.

Namun sepersekian detik kemudian Callista seperti tersadarkan akan nama ayah dan ibunya yang terbalik. "Bukan berurutan tapi terbalik."

Senyumannya membentuk lebar, saat satu mantra berhasil ia dapat. Tak asing, karena ia pernah mempelajarinya sewaktu di manor.

"Fiendfyre." Ucap Callista dengan lantang.

"I got it Potter, only one left."

Tok!

Ia menoleh pada pintu kamarnya, sebuah ketukan terdengar. Hanya sekali. Namun sudah jelas pada pintu kamarnya, Callista pun melangkah ke arah sana dan membukanya.

"Susu panas untuk mu, aku tau tadi kau keringat dingin saat kita terhimpit."

"Untuk apa ini?"

"Jelas untuk di minum bodoh."

"Dengan tujuan apa kau?"

"Jika kau sakit, apakah para perempuan itu mau memperhatikan mu? Jadi minum saja, aku tak ingin di repotkan oleh mu nanti." Ucapnya sembari masuk tanpa izin oleh sang pemilik.

Brak!

Ya, siapa lagi jika bukan Draco Malfoy? Pria itu kembali ke kamarnya, setelah menaruh mug hitam berisi susu varian vanilla panas di meja belajar Callista.

-to be continued-


Jangan lupa vote & comment , i would like to read ur words🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 | draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang