Callista duduk pada sofa ruang rekreasi Gryffindor dengan lemas setelah perbincangan mereka di ruangan Profesor Dumbledore. Sedangkan Harry sibuk menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan The Triwizard Tournament pada seseorang.
"Aku tidak tahu siapa yang menaruh nama kalian berdua, tapi yang pasti bukanlah teman kalian." Ucap Sirius Black, ayah Baptis Harry.
"Orang orang mati dalam turnamen ini." Mendengar perkataan Sirius membuat hati Callista semakin tak tenang, gadis itu menutup kedua telinganya ingin menghindari percakapan Harry dan Sirius– namun masih terdengar dalam kepalanya.
Kali ini Callista benci dengan kemampuannya.
"Aku tidak siap untuk ini, terutama Callista, aku tidak mau dirinya—"
"Kalian tidak punya pilihan." Potong Sirius dengan tegas. Ayah baptis Harry itu tentu saja sedang berusaha meyakinkan Harry bahwa remaja ini bisa melewati turnamen itu dengan lancar.
"Ada yang datang." Sahut Callista pada Harry. Namun sebelum akhirnya Sirius menghilang, sebuah kalimat membuat Callista dan Harry terdiam. "Jaga teman kalian tetap dekat, ingat itu."
"Kau bicara dengan siapa?." Callista menoleh ke belakang, ada Ron yang sudah memakai baju tidurnya. "Dia berbicara denganku, Ron."
"Namun suaranya—"
"Kami tidak mungkin berbicara dengan besar, Ron, ini sudah malam." Callista mendengus kesal saat Ron malah bersikeras akan suara suara yang ia dengar.
"Oh, jelas saja. Mungkin kalian sedang berlatih untuk wawancara kalian berikutnya." Jawaban dengan nada sinis itu di lemparkan oleh Ron sebelum pria itu kembali pada kamarnya. Harry dan Callista saling menatapi satu sama lain dengan tatapan bingung akan sikap anak Tuan Weasly yang berubah drastis.
"Kau tau dia kenapa begitu?." Callista menggelengkan kepalanya, ingin kembali merenungi nasibnya, tetapi gadis itu tersadarkan oleh waktu yang sudah lewat dari jam tidur seharusnya.
Callista berdiri, memakai jubahnya dan mengambil lentera yang ia bawa dari asramanya.
"Aku harus kembali, ini sudah larut malam." Ujar gadis itu, namun tangannya di tahan oleh Harry saat ia akan melangkah pada pintu.
"Kau yakin pergi sendirian?." Callista sebenarnya ragu ingin pergi sendiri, tetapi jika Harry mengantar Callista pun akan membahayakan pria itu juga, karena Mr. Filch selalu berpatroli pada jam jam segini.
"Tidak apa apa, kau tahu jelas yang hanya kutakuti itu ruangan sempit, itu sa—"
"Kegelapan. Masih yakin pergi sendiri?." Harry Potter tetaplah Harry Potter yang selalu berdiri teguh dengan perkataannya, tidak pernah ragu dengan benaknya, dan sangat berani terhadap pilihannya. 10 tahun mengenal pria ini bukanlah waktu yang singkat untuk Callista kembali meragukan sosok Harry Potter.
"Baiklah Mr. Potter." Harry tersenyum mendengar jawaban Callista.
Mereka pun berjalan, sepanjang lorong Harry dan Callista kembali membahas peristiwa aneh saat pemilihin peserta untuk turnamen Triwizard, mereka bahkan sempat bersumpah pada satu sama lain bahwa tak ada yang menaruh nama pada piala api itu, seakan akan ada yang menuduh mereka disana.
Yah, walaupun Harry sebenarnya sedikit berharap untuk mengikuti turnamen Triwizard, namun saat mendengar konsekuensinya yang fatal membuat keinginan pria itu terbuang jauh.
Berbeda dengan Callista yang hanya bisa menerima nasibnya, serta berlapang dada untuk menerima turnamen tersebut. Gadis itu memang tidak terima saat mendengar namanya disebut, bahkan ia sempat berdebat dengan Profesor Dumbledore ketika mereka dipanggil membahas turnamen itu, tetapi jika dipikir pikir lagi, mungkin pada turnamen ini Callista bisa memanfaatkannya untuk menggunakan sihir sihir yang diajari oleh ayah dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 | draco malfoy
Fantasía• [ 𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 ] • "Draco? Look at me." "I'm here, will always be here." "I'm afraid, if you will go away from me.." "I won't..." "Will you stay?." "Yes, of course." ·:*¨༺ ♱✮♱ ༻☾༺ ♱✮♱ ༻¨*:· "Siapa yang ingin kau ubah ramalannya sayang...