Seusai sesi seleksi, semua murid di arahkan untuk pulang pada asrama masing masing. Callista dan para murid lainnya memasuki ruang rekreasi Slytherin yang sangat mencolok dengan warna hitam dan paduan warna hijau gelap.
Fantastic.
Satu kata yang cukup mendeskripsikan penampilan ruang rekreasi Slytherin. Karena sudah malam, mereka juga di ingatkan untuk tidur lebih awal agar bisa beristirahat dengan cukup dan memulai hari esok sebagai hari pertama mereka beraktivitas layaknya murid senior Hogwarts.
Callista menaiki tangga hitam itu bersama murid murid wanita menuju kamar mereka berada. Namun ada yang aneh ketika Callista sudah leluasa berada di dalam ruangan itu. Callista tidak menemukan satu tempat tidur yang kosong untuknya, semua sudah terisi dengan murid lainnya yang tak ia ketahui nama mereka.
"Hey pureblood, kamar mu bukan disini tolol." Ucap salah satu gadis yang sedang menyisir rambut pendek hitam pekatnya di depan cermin.
"Pansy Parkinson?." Gadis itu berbalik, dan tatapan itu lagi, tatapan yang sangat dibenci oleh Callista karena akan membuat isi perutnya keluar.
"Kamar mu di atas, apakah kau tidak membaca daftar kamar tadi? Hah?." Callista menggeleng pelan, Pansy berjalan mendekatinya, mendorong Callista keluar dari kamar wanita. "Sana keluar! Jangan mempersempit kamar tidur kami!."
"T-tapi aku—"
Brak!
Callista berdecih pelan saat merasakan angin berhembus pelan karena hentakan pintu yang dibuat oleh Pansy. Callista akhirnya turun dan duduk pada sofa. Ia menatap seluruh ruangan, namun gadis itu tak kunjung mendapati tangga yang menjuru pada lantai 3.
Oh ayolah, tidak mungkin bukan... Callista akan tidur di hari pertamanya pada Hogwarts di sofa ruang rekreasi Slytherin? Itu sungguh menyebalkan. Seraya meratapi nasib, Callista memilih untuk duduk di depan perapian sambil menghangatkan tubuhnya.
"Siapa disitu?." Callista reflek duduk dengan tegap saat menyadari suara yang tak asing pada pendengarannya. Gadis itu menoleh, mendapati seorang anak laki laki berambut platina dengan piyama hijau gelap polos. Siapa lagi jika bukan Draco Malfoy?
"Aku." Draco mendekat ke arah Callista yang kembali duduk pada posisi awal, meringkuk sambil menunduk. "Apa kau mau mengurangi poin asrama kita di hari pertama?."
Callista mendongak, menatap sinis Draco yang sedang berdiri di samping. "Aku bahkan bisa tak tidur selama satu minggu jika harus mengalahkan kejeniusan Professor Dumbledore." Balas Callista dengan sarkas.
"Kalau begitu kembali ke kamar mu! Jangan malah membakar diri pada perapian, tolol."
"Aku tidak tau dimana kamar ku! Lagi pula kau yang tolol, siapa juga yang akan membakar diri, aku sedang menghangatkan tubuh." Draco terdiam saat mendengar Callista menyebut dirinya dengan kata kata -tolol-
"Jangan beralasan. Bilang saja kau memang ingin mengurangi poin asrama kita dan malah duduk melamun layaknya orang gila disini." Callista lantas berdiri dan berjalan menduduki sofa, menutupi tubuhnya dengan jubah nya.
"Tolol, bagaimana bisa kau tidak tau kamar mu." Ujar Draco, menarik tangan kanan Callista menuju tangga yang dimana itu menjuru pada kamar anak laki laki, Callista reflek melepaskan genggaman Draco.
"Maksudmu apa mau membawaku ke kamar laki laki?!." Pekik Callista dengan wajah memerahnya. Melihat wajah merah padam itu seperti kepiting rebus, niat jahil Draco muncul, menyeringai pada gadis kecil di hadapannya, anak laki laki itu kemudian berjalan mendekati gadis itu, membiarkan tubuhnya tersudutkan pada pagar lantai 2.
"A-apa yang kau lakukan?." Draco sedikit menunduk, mendekati wajahnya beberapa centi. "Aku.. aku akan berteriak jika kau berani—" Draco kemudian tertawa setelah berdiri dengan normal. "Masih kecil saja sudah berpikiran yang tidak tidak, bagaimana jika sudah— aw!." Kalimat Draco terhenti saat cubitan pedis Callista rasanya seperti mencabut kulit lengannya.
Bagaimana bisa gadis kecil ini memberikan cubitan seperti itu padanya?.
"Kau— Aku membencimu!." Callista membentak Draco yang masih meringis kesakitan, sambil mengelus lengannya.
"Aku kan hanya bercanda! Jangan cubit juga dong!."
"Bercandamu tidak lucu!."
"Memang tidak lucu! Aku saja tidak melawak, hanya menggodamu—"
"Cepat antarkan aku ke kamar atau aku akan melaporkan Profesor Snape?!."
"Laporkan saja!." Callista sekarang benar benar tidak bisa menahan emosinya lagi, jika tidak mengingat bahwa ayah Draco pernah berjabat pada sekolah ini, mungkin gadis itu akan mendorong Draco dari lantai dua dengan segan.
"Antarkan aku." Suara Callista mulai memelan, energinya sudah tidak cukup untuk kembali berdebat dengan si Malfoy itu.
"Ingat, arah tangga kamarmu disini, bukan disitu, karena itu kamar teman teman ku, sedangkan kamar kita— maksudku kau dan aku— disini." Langkah Callista terhenti sesaat Draco juga berhenti. Ia menatap nama yang terukir sempurna pada papan kayu kecil tergantung dipintu hitam besar.
Jacqueline.
"Kenapa kamar ku disini?." Gumam Callista heran, namun gadis itu tak ambil pusing dan hendak membukanya, namun tak kunjung terbuka. "Minggir." Draco maju dua langkah, dan mengucap sebuah kata "Salvayar." Kemudian Callista pun bisa membuka pintu bermantra tersebut.
"Terimakasih." Ucap Callista ketus sebelum menutup pintu kamarnya dengan sempurna.
—to be continued—
[ ]
Pansy Parkinson
• pureblood •
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 | draco malfoy
Fantasy• [ 𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 ] • "Draco? Look at me." "I'm here, will always be here." "I'm afraid, if you will go away from me.." "I won't..." "Will you stay?." "Yes, of course." ·:*¨༺ ♱✮♱ ༻☾༺ ♱✮♱ ༻¨*:· "Siapa yang ingin kau ubah ramalannya sayang...