Callista dan Harry sedang duduk, bersandar pada salah satu pohon besar Danau Hitam, memperhatikan Neville Longbottom yang sedang menanam suatu bubuk pada tanah Danau tersebut. Harry mengambil buku Neville, membolak balikkan buku tersebut yang tampak membosankan baginya. "Neville kau melakukannya lagi?." Sahut Callista saat membaca judul buku tersebut, "Tanaman Air Ajaib dari Danau Dataran Tinggi?." Neville mengangguk dengan suatu tanaman aneh pada genggamannya.
"Moody yang memberikannya padaku dihari kami meminum teh itu." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Pria itu melambai pada arah berlawanan, reflek Harry dan Callista menoleh, mereka pun berdiri saat melihat siapa yang ada disana.
Hermione berjalan didepan Ron, ditemani oleh Ginny Weasly di belakang. Callista rasa efek ramuan itu sudah habis pada Ron dan Harry sehingga kedua Genus itu kembali perang dingin.
Sebenarnya Harry tidak ingin marah pada Ron, namun sikap kekanakan remaja Weasly itu serta sisi keegoisan nya saat di jelaskan berulang kali bahwa Harry dan Callista tidak menaruh nama mereka pada piala api, membuat Harry gusar dan berakhir hati Harry juga memanas padanya. Callista dia tidak terlalu peduli dengan Ron yang menjadi seperti itu, Callista hanya harus memberikan Ron makanan makanan enak dan perang dingin itu akan selesai.
"Ini sudah disampaikan pada banyak orang, mengapa kau tidak pergi dan langsung bicara pada mereka?." Callista dapat mendengar bisikan Hermione, membuat gadis itu menarik lengan Harry untuk mendekati mereka. "Ini masalahmu, bukan masalahku." Kata Hermione kembali pada Ron.
Callista memandang datar ketiga orang itu, beralih pada Hermione yang sudah ada didepan mereka. "Ronald ingin aku memberitahumu bahwa Dean memberitahu
nya bahwa Dean diberi tahu Parvati bahwa Hagrid mencari kalian." Otak Callista yang sedang berkutat dengan hatinya akan kehadiran mereka bertiga malah dibuat macet dengan perkataan Hermione."Apa itu benar? Ya.. apa?." Begitu pula Harry, pria itu tampak bingung. Hermione kembali pada Ron berbisik apakah Ron tidak mau melakukan ini dan diyakini oleh pria itu. Gadis ikal itu kembali lagi pada Callista dan Harry, "Dean diberi tahu Parvati bahwa— tolong jangan membuatku mengatakannya lagi.."
"Hagrid sedang mencari kalian." Lanjut Hermione yang baru dipahami oleh Callista dan Harry. "Ya, beritahu Ronald—" Harry belum sempat selesai berbicara namun Hermione dengan cepat memotong. "I'm not an owl!."
"Mengapa dia seperti itu?." Gumam Harry, Callista menoleh padanya, "Dia wanita Harry, jangan menanyakan hal itu lagi, wanita memang seperti itu." Jawaban Callista sukses membuat Harry benar benar bungkam.
***
Hagrid kini membawa Callista dan Harry pada Hutan Terlarang. Callista sempat menolak namun pria setengah raksasa ini terus mendesak Callista untuk mengikutinya, karena jika hanya Harry saja, Hagrid pikir itu akan membuat keadaan Callista pada tugas pertama akan gagal, dan lagi Hagrid takut jika gadis itu malah nantinya jantungan saat melaksanakan tugas pertama. Entah apa yang ingin di tunjukkan oleh pria itu, Callista pun menuruti saja saat mendengar kata -gagal- dan -jantungan- .
"Apa kau membawa jubah ayahmu seperti yang kuminta Harry?." Celetuk Hagrid pada tengah keheningan, "Ya, aku membawanya, memang
nya apa yang ingin kau tunjukkan?."Harry menggenggam tangan Callista saat gadis itu sempat menoleh ke arah belakang, seperti takut jika ada sesuatu yang mengejar mereka.
"Kalian akan segera melihatnya." Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan yang cukup menyeramkan itu, Callista tak henti hentinya menyumpahi Hagrid jika saja gadis itu bukannya jantungan saat tugas pertama namun malam ini.
"Sekarang, perhatikan. Ini penting." Ucap Hagrid seakan ada sesuatu yang akan mereka hadapi. Callista mendongak ingin mengajukan pertanyaan pada Hagrid apa yang akan ia tunjukkan, namun gadis itu malah fokus pada bunga yang tergantung pada rambut Hagrid. "Kenapa kau membawa bunga itu?." Tak ada jawaban oleh pria di samping nya ini.
"Hagrid, apa kau menyisir rambutmu?." Pertanyaan Harry membuat Callista membuka mulutnya sedikit dengan ekspresi -apa apaan itu?- terhadap pertanyaan Harry.
"Itu benar. Mungkin terkadang kau harus mencobanya." Tukas Hagrid, beberapa detik setelahnya dengan beberapa langkah pria besar itu berhenti.
Callista bergidik ngeri melihat sekitar Hutan Terlarang yang sangat sepi dan gelap. Tiba tiba suara wanita dewasa memanggil nama Hagrid. "Pakailah Jubahmu! Cepat!." Buru buru Harry dan Callista memakai Jubah Gaib pemberian ayahnya.
"Stay close with me." Bisik Harry pada Callista, pria itu kemudian menahan pinggang Callista agar gadis itu tetap merasa aman.
Harry dan Callista mengikuti langkah Hagrid. Satu menit kemudian dua subjek menyeram kan pada jarak sekitar 5 meter dari mereka. Itu adalah dua naga yang sangat besar, berwarna kuning pucat dan biru gelap. Seketika tubuh Callista melemas saat dua naga itu sama sama mengeluarkan api mereka.
"Aku tidak menyangka naga itu nyata." Callista menoleh pada Harry dengan ketakutan, "Bisakah kita pulang saja?." Harry sempat terdiam, sebenarnya ia masih ingin memperhatikan 2 naga itu namun dirinya juga tak tega harus membiarkan Callista yang sudah melemas tersandar pada dadanya.
"Baiklah." Harry menuntun Callista untuk pergi dari hadapan naga tersebut. Setelah sudah jauh beberapa meter dari pandangan yang menyeramkan. Harry melepaskan jubah gaibnya, dan memegang bahu Callista agar kembali dekat dengan tubuhnya.
Saat sudah berhasil memasuki kastil Hogwarts, kehadiran Hermione membuat Callista dan Harry terkejut, bingung, apa yang dia lakukan malam begini diluar asrama? Hermione mendekati mereka berdua dengan napas yang sedikit tersengal sengal akan langkah kaki larinya.
"Callista.. hah.." Callista mengelus pundak Hermione agar gadis berambut ikal itu dapat menenangkan dirinya terlebih dahulu.
"Ada apa?." Hermione yang sedang menunduk dengan kedua tangannya sebagai tumpuhan pada lututnya, berdiri dengan tegap, menatap Callista, Hermione merogoh satu amplop kecil dan memberinya pada Callista "Ini. Sebuah surat untukmu."
"Lalu mengapa kau berlari lari seperti itu?." Tanya Harry heran akan perilaku Hermione.
"Surat itu terus membuat suara suara bisikan yang aneh saat aku menaruhnya diatas meja belajarku, dan itu sangat menyeramkan." Callista memperhatikan surat tersebut, namanya yang tertera pada belakang amplop itu malah berubah ubah warna secara bergantian dari hitam ke merah. Seperti ada suatu pesan penting pada isi amplop cream itu.
"Terimakasih Hermione. Aku harus kembali ke asrama, dan—" Callista memberi pelukan hangat pada Harry sebelum kembali melanjutkan kata katanya, "Mungkin aku akan pingsan jika tidak ada dirimu tadi." Setelah mengucapkan kalimat itu Callista langsung meninggalkan Harry yang membaku pada tempatnya, Hermione menatap temannya dengan senyuman ingin tertawa melihat Harry yang malah salah tingkah.
"Ayolah Harry, kau ingin berdiam disini seperti patung?." Suara Hermione membuyarkan Harry yang sempat berpindah alam disana.
Sial. Mengapa isi perut pria itu serasa di gelitiki oleh serangga yang berterbangan? Tapi... kenapa dirinya malah merasa senang? Padahal rasanya ingin muntah.
Tak disadari mereka bahwa seseorang tengah memperhatikan dari balik pilar dengan perasaan campur aduk. Entah senangatau pun marah, sang perasapun bahkan tak dapat memastikan apa yang dirasakan olehnya saat ini.
—to be continued—
[otc]
Rubeus Hagrid
• part-human •
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 | draco malfoy
Fantasia• [ 𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 ] • "Draco? Look at me." "I'm here, will always be here." "I'm afraid, if you will go away from me.." "I won't..." "Will you stay?." "Yes, of course." ·:*¨༺ ♱✮♱ ༻☾༺ ♱✮♱ ༻¨*:· "Siapa yang ingin kau ubah ramalannya sayang...