🗝-6 : impossible.

47 4 0
                                    

Danau hitam memang pelarian sangat tepat untuk Harry dan Callista disaat ramai ramainya sekolah seperti ini. Mengingat Callista juga sedikit sensitif terhadap suasana ramai jadi Harry tak segan segan untuk menemani waktu istirahat gadis itu. Callista menengadah pandangan pada langit cerah musim kemarau yang begitu indah, memejamkan matanya perlahan, menikmati hembusan angin, membiarkan terpaan angin tersebut meniup niup rambutnya yang halus sambil bersandar pada bahu Harry.

"Kau berhutang cerita padaku." Sahut Harry pada tengah ketenangan Callista. Bukan lagi ketenangan, gadis itu hampir saja tertidur akan sejuknya angin, terasa segar untuk waktu sore hari seperti ini. Callista membuka matanya dilanda kekesalan, jarang sekali ia dapat merasakan suasana tenang seperti ini di London. Namun Callista tetap menjawab perkataan pria itu dengan baik. "Apanya?."

"Alasan kau tidak masuk beberapa hari lalu, dan sekarang malah masuk dengan tangan diperban seperti itu." Callista menghembuskan nafasnya, gadis itu memang belum menceritakan kronologi dirinya tidak masuk.

Lebih tepatnya bingung harus menaruh Draco pada ceritanya seperi apa, jika Harry tau Draco sempat merawatnya selama dua hari, pria berkacamata itu pasti akan marah? Tentu saja marah karena telah berbohong pada mereka mengenai kamar asrama nya. Callista juga takut kalau Harry malah menjauhi dirinya karena Draco yang sudah merawatnya walau perawatan pria itu seperti sedang membully mentalnya.

"Aku sakit." Harry menoleh, kembali menghadap depan dan mencabuti rerumputan halus disana untuk menyibukkan jemarinya.

"Iya tahu sakit. Namun sakit apa?." Callista terdiam memikirkan jawaban yang tepat, "Demam, lalu tanganku? Karena aku menjatuhkan gelas dan tergores, begitulah."

"Kenapa tidak ke Hospital Wings?." Lagi lagi Callista terdiam untuk memikirkan jawaban.

"Kau tahu kan Hospital Wings jauh dari asramaku? Jadi aku tidak sempat lagi kesana, karena tubuhku terasa lemah saat itu." Harry mengangguk angguk mendengar jawaban Callista.

"Harry! Callista!." Kedua murid itu menoleh ke arah belakang, mendapati Ron dan Hermione yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Kalian ini hobby sekali berduaan! Aku merasa seperti terasingkan." Ron mengambil tempat disamping Harry sambil mencurahkan isi hatinya. Hermione mengerutkan dahinya serta tatapan -maksudmu?- terhadap Ron. "Lalu kau pikir aku apa yang sedari tadi menemanimu? Hantu?."

"Ya, kurasa begitu."

Buk!

Ron berjengit sakit, saat merasakan buku ramuan tebal milik Hermione yang diambil oleh gadis itu di perpustakaan tadi, mencium kepalanya tanpa aba aba.

"Suka sekali yah kau memukuli kepalaku dengan buku?."

"Itu sengaja, agar kau pintar." Jawab Hermione sarkas. Callista hanya menggeleng geleng kepalanya melihat aksi film kartun muggle -Tom and Jerry- yang tengah di perankan oleh Ron dan Hermione.

"Tangan mu sudah membaik Callista? Apakah masih sakit?." Callista tersenyum pada Hermione yang tampaknya sangat khawatir akan keadaan Callista.

Betapa bersyukurnya gadis itu bertemu orang orang baik seperti the golden trio nya Gryffindor.

"Sudah baik. Hanya saja karena lukanya cukup dalam, jadi aku tidak bisa membiarkannya tanpa perban dengan bebas."

"Kau mandiri sekali mengurus dirimu yang demam dan sedikit kecelakaan kecil. Kalau aku sepertinya sudah menyerahkan diri ke Hospital Wings." Callista, Harry, Ron dan Hermione menoleh secara kompak ke arah belakang, Luna Lovegood. Gadis berambut blonde itu tersenyum hangat pada Callista. "B-bagiku ini bukan masalah besar." Jawab Callista berusaha sesantai mungkin.

𝐏 𝐑 𝐎 𝐏 𝐇 𝐄 𝐂 𝐘 | draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang