EXchange

15

Suara dari belakangnya membuat Yuna berbalik dan bertatapan kembali dengan sang mantan yang tampak sangat berantakan.

"Kamu tumben udah bangun?"

"Siapa bilang aku baru bangun?"

Yuna terbelalak kaget. "Jadi belum tidur?" Ucapnya dengan raut khawatir.

Jisung kembali berjalan dan duduk di sisi kosong di sofa panjang yang berada di teras. "Kenapa kalo iya?"

"Ya gak papa?"

Suasana menjadi canggung sesaat di antara keduanya. Yuna tampak bingung memulai obrolan, pun Jisung yang sebenarnya tengah menahan seluruh perasaan yang juga tidak ia pahami.

"Apa itu Mark?" Tanya Jisung setelah mencoba menyiapkan diri.

"Maksudnya?"

"Orang yang kamu suka di rumah ini?"

Yuna terlihat bingung, ia bahkan tidak mengerti apa yang tengah coba di tanyakan Jisung padanya.

"Kenapa tiba-tiba kak Mark?"

"Ya kenapa engga? Kalian pegangan tangan. Kamu juga gak mencoba buat menolak, justru keliatan nyaman. Jadi kenapa engga?"

"Kamu nyuruh aku buat deketin Mark?"

"Apa aku dari tadi nyuruh kamu? Aku cuma tanya dari apa yang aku liat aja"

"Dan kamu tetep gak bisa lihat perasaan aku buat kamu?" Ucap Yuna telak.

Jisung tak mampu lagi menjawab. Ia hanya menghindari tatapan Yuna dengan mengalihkan pandangannya ke bawah. Karna sekuat apapun ia mencoba mengelak tentang perasaannya, Jisung tidak akan bisa menahan diri jika harus melihat Yuna yang kembali menangis dihadapannya.

Jisung tidak ingin membiarkan dirinya luluh dan kembali mengulang kesalahan yang sama pada Yuna.

Tangisan sang mantan di saat perpisahannya lima bulan yang lalu membuat semua hal tentang betapa tidak sempurnanya ia sebagai kekasih untuk Yuna kala itu semakin terasa nyata. Jisung sudah gagal menjaga hubungannya bersama Yuna. Dan ia tidak merasa ingin melakukannya lagi.

"Bukankah udah jelas kalo semua udah berakhir?"

"Trus kenapa kamu mau datang kesini?"

Melihat Jisung yang tidak kunjung menjawab membuat Yuna semakin merasa kesal dan memilih pergi meninggalkan Jisung yang masih terdiam di tempatnya.