2- ᴛᴏ ᴍʏ ʏᴏᴜᴛʜ

43 10 2
                                    


     Moduga nal baraboneun si seoni
     Aku begitu takut.

    Neomuna duryeowo
     Dengan orang-orang yang menatapku.

    

      Akhir-akhir ini aku sedang menjalankan punishment ku. Ya, aku sedang menepiskan juga cara-cara agar orang dan temanku kembali mempercayai ku. Dan mengatakan bahwa beberapa hanyalah fitnah. Ahahaha... Emang, sih. Tindakan cerobohku sebelumnya memang tak bisa dipungkiri dan memancing masalahku yang lain ke hal yang lebih serius.

     Kalian mengerti? Begini, karena masalah pertamaku yang terlalu serius, membuat orang-orang yang melihat ku terang-terangan menjadi percaya pada masalah baruku yang setelahnya juga, atas kesalahan yang ku buat secara sengaja. Jadi, ya... Mereka semua akan percaya bahwa, "Ini, lho. Pasti dia yang sengaja lakuin. Siapa lagi kalau ngga?"

      "Wah, lihat ~ Kamu bisa ngga kalau jadi dia? Masih bisa lihatin muka di depan umum sambil ngepel lantai lorong? Pffft—" sindir seorang siswi yang tak jauh berada di depanku. Ia berbisik ke teman-temannya sambil mencuri pandang ke arahku.

     "Nggaklah! Dih, lihat mukanya tuh! Ngekek aja masih bisa sok cool?  Emang seganteng apa sih, KetOs kita ini?"

     "Eh, dia ngga KetOs lagi, 'kan?"
 
     "Oiya, aku lupa. HAHAHAHAHAHA!"

     "Lucunya, pacar dia yang cantik sampai benci sama dia, terus akhirnya pindah sekolah. Mungkin itu jadi trauma nya dia? Yah, walau sedikit alay tapi itu udah menjelaskan bahwa mantan KetOs kita ini keliatan banget baj*ngannya."

     Risih. Memang risih sekali. Ingin rasanya kepalan tanganku menghantam kepala mereka yang otaknya sedangkan itu. Memangnya mereka juga sehebat apa, sih?

     Sebelum aku mengerjakan tugasku yang lain, aku menatap para gadis-gadis yang gemar menggosip itu -aku curiga tua nanti mereka akan membuat circle gosip baru- dengan tatapan jijik. Tapi setelah itu aku pamit dari mereka dengan tersenyum selembut-lembutnya.

     Untung pekerjaan ku sudah selesai. Setelahnya aku membawa seember air pel dan pel yang ku genggam ke kelas. Memerah pel yang masih basah dan membuang air kotor dalam ember ke selokan terdekat.

     Sebelum aku selesai menumpahkan air itu, tiba-tiba sebuah bola menubruk ember berisi air bekas pel itu dengan kuat. Air bekas tersebut juga menyiprat celana hitam yang ku kenakan. Aku pun menghela nafas berat.

     Aku mengambil bola tersebut, menatap para siswa yang sedang mencari bolanya. Mungkin mereka tak sengaja? Ya sudahlah, lagipula aku lihat mereka adalah adik kelasku. Lebih baik oper saja ke mereka kembali.

     "Yah. Dazai, ngga usah diratapi kaya' gitu deh kalau mau balik main bola. Jadi kapten aja kau ngga becus. Aku jadi kasihan setelah melihat wajahmu yang sedih begitu."

      Ketika aku sedang memerhatikan bola sementara siswa-siswa yang sedang bermain bola dan masih mencari bolanya disana, tiba-tiba suara yang amat sangat ku kenal menggangguku.

     Aku mengenal suara itu. Haha, kapten lawan sepak bola ku dulu, kami dulu memang sering bertengkar. Minum sekali untuk bisa akur. Aku dengan bodoh amat nya segera menendang bola tersebut hingga mencetak gol di gawang di depan sana. Hingga menarik perhatian, para pemain bola di depan sana langsung memandangku cengo ke belakang.

     Aku yang langsung dipandangi langsung begitu, segera menoleh ke orang yang mencoba mengejekku tadi. Supaya mereka yang menatapku tak melihat siapa yang menendang kan bola tadi.

     Aku bersedekap, lalu menatap sinis dua orang di depanku.

     "Kau kekurangan apa lagi, sih. Sampai masih mencari gara-gara denganku walau tahu keadaan nya bagaimana, sekarang?" kataku, lalu mengering muak menatapnya.

[✔️]『 To My Youth 』|| Bungou Stray Dogs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang