4- ᴛᴏ ᴍʏ ʏᴏᴜᴛʜ

32 10 4
                                    

   『 To My Youth 』

untuk masa mudaku...


      Eommaneun, appeun da
     Ibu dan ayahku,

     Naman baraboneunde
     Mereka hanya menatap ku


     Dulu aku kira kenapa. Kenapa kedua orang tuaku menatapku seolah-olah mengasihaniku? Apa untuk saat itu? Atau mereka tahu apa yang akan terjadi pada diriku di masa depan?

     Nae maeumean geureon ge aninde...
     Perasaanku tak seperti yang mereka pikirkan

     Jakkuman meoreoman ga
     Tapi aku terus melangkah lebih jauh

     Seketika aku lupa. Bagaimana dulu aku dididik? Setiap aku tengah bermain dengan mainanku, atau ketika sedang bermain sendiri dan berbicara sendiri. Tetap saja orang tua ku menatapku seperti sebelumnya. Tapi aku tahu, mereka sebenarnya sedang menungguku segera tumbuh dan dewasa. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan ku di masa depan kelak.

     Dulu sekali. Saat aku masih berumur 7 tahun. Aku berpikir tentang apa itu masa depan. Sesuatu yang jarang sekali terpikirkan oleh anak-anak pada umumnya selain hanya bermain, bahagia, bermain lagi, dan bahagia selalu.

     Aku menangis di hari ulang tahunku, bukan karena bahagia.

     "Waa, Osamu... Kenapa menangis?" tanya Ibuku sambil memelukku hangat saat aku melarikan diri ke kamar. Tak mau ikut ke pesta ulang tahun yang khusus dibuat untukku.

     Aku berbisik lirih, "Gimana... Gimana kalau Osamu besar nanti, Osamu nggak bisa bahagia lagi? Kalau umur Osamu makin tinggi, pasti Osamu bakal cepat mati, 'kan?"

     Ibuku tampak terkejut dengan kalimat yang ku lontarkan, dia pun mendengus kecil dan tersenyum lembut. "Osamu... Dengarkan ibu." Ibu menarikku lebih dekat ke dekapannya pelan. Mengelus lembut pucuk kepalaku sambil menggerakkan badan kecil kekiri dan kanan.

     "Osamu pasti bahagia. Ibu janji akan membuat Osamu senang setiap hari. Osamu juga nggak boleh ngomongin kematian. Masa' Osamu mau cepat-cepat meninggalkan ibu, hm?"

     Aku menggeleng cepat. Aku masih kecil, bisa-bisanya berkata seperti itu kepada ibuku sehingga membuatnya merasa sedih. Aku pun menangkup wajah ibuku yang lebih besar dari telapak tangan ku yang mungil. Aku mencium pipinya.

     "Osamu sayang ibu, ayah, sama Saku-Nii ! Nggak mungkin Osamu pergi, apalagi Osamu saaayyaaaangg sekali sama ibu!"

     Ibuku tersenyum. Manis. Manis dan sangat hangat senyumannya itu. Ia mengacungkan jari kelingking nya kepadaku.

     "Janji?"

     "Janjiiii!" Setelah itu akupun tertawa. Diiringi gelitikan dari ibuku yang semakin membuatku tertawa, lalu menciumi ku dengan ciuman bertubi-tubi.

     Imut sekali rasanya mengingat saat kecil dulu, aku yang tertawa dengan air mata yang masih tersisa di sudut mataku.

     Tapi...

     Kebahagiaan itu benar takkan lama.

     Manusia memang naif,

[✔️]『 To My Youth 』|| Bungou Stray Dogs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang