Di balik tirai rahasia dan ketegangan terpendam, Terjalinlah romansa yang terlarang, membara dan memikat hati. Seperti dua jiwa yang terperangkap dalam dunia yang terlarang, Cinta ini tumbuh dalam kegelapan, menguji batas-batas kesetiaan dan moralitas. Hal inilah yang terjadi antara Nani dan Bible. Keduanya menjalin hubungan terlarang yang seharusnya tidak pernah terjadi. Dengan keegoisan dan rasa kesepian, Nani menjadi gelap mata akan kepuasan dirinya sendiri.
Setelah pergi ke kantor ayahnya bersama Dew. Nani pergi ke kafe, tentu dengan Dew yang ikut bersamanya. Dew sedang tidak memiliki jadwal, belum. Ayahnya menyuruh nya untuk beristirahat, tapi dia malah menyibukkan diri dengan bersama Nani untuk membayar rasa rindunya.
Di kafe, Dew tidak banyak membantu. Nani hanya memintanya untuk duduk tanpa menyentuh apapun. Jadi, dia memilih untuk duduk di dekat kursi yang ada di belakang konter kasir.
"Senang rasanya melihat mu sudah pulang." Dew yang sedang menyibukkan diri dengan majalah fashion yang ada di meja kecil menatap ke arah seorang pria dengan apron logo kafe kekasihnya. Dia kenal dengan orang ini, Win.
"Ya. Aku juga senang masih bisa bertemu dengan mu." Balas Dew saat dia ingat bahwa sebelumnya Win pernah mengatakan akan resign setelah satu tahun bekerja bersama kekasihnya.
Win tertawa lembut. "Rencananya akan resign sesuai ucapan ku, tapi kekasihmu menahan ku dengan wajahnya itu. Aku tidak bisa menolaknya." Ujarnya dengan tatapan menerawang, mengingat kembali kejadian satu setengah tahun lalu saat Nani memintanya untuk tetap bekerja bersamanya.
Dew tersenyum tipis, dia tahu bahwa kekasihnya itu sangat sulit di tolak. Pesonanya, tutur katanya, dan sifatnya... Dew menyukainya, dan yang paling baru dalam diri kekasihnya, kenakalannya jika hanya berdua. Dew menggigil jika mengingat nya lagi, kekasihnya sangat berbahaya untuk hatinya yang sangat mencintai kekasihnya itu.
Ditengah percakapan ringan kedua pria itu, seorang pria masuk ke kafe. Berjalan ke konter pemesanan sekaligus tempat pembayaran. "Selamat siang, Bible." Win menyapa dengan hangat, sudah akrab dengan pria yang berada di seberang konternya.
"Siang. Aku ingin pasta, dan minuman seperti biasa." Bible tersenyum sangat tipis, matanya tak sengaja menatap Dew yang melihat interaksi nya dengan Win.
"Oke. Silahkan tunggu sebentar ya." Bible mengangkat sedikit dagunya dia segera berlalu pergi untuk mengambil tempat duduk.
"Siapa?" Tanya Dew pada Win yang menulis pesanan di sticky note dan menempelkannya di dekat bingkai jendela yang menghubungkan dapur dengan konter.
"Bible, dia pelanggan tetap disini. Kak Nani, ku pikir dia menyukainya." Balas Win sembari tersenyum tipis.
Dew mengerutkan keningnya. "Mereka sering mengobrol?"
Win menggeleng lembut, "sesekali, iya. Jika Kak Nani keluar dapur."
Dew ber'oh ria, dia menatap pintu yang berada di sisi kanannya. Nani keluar sembari menyugar rambutnya, tampak kelelahan dan gerah. Tangan kanannya membawa cangkir, meletakkannya di meja kecil di dekat Dew.
"Cobalah, aku baru membuatnya." Ujar Nani. Dew melihat sekilas ke dalam cangkir. Warna airnya bening, di meraihnya. Aroma harum menyeruak ke lubang hidungnya, aroma melati yang lembut dan... Dew tidak yakin dengan aroma lainnya.
Nani melipat kedua tangannya, menatap Dew yang dengan perlahan menyesap minuman sembari menatapnya dari bibir cangkir.
"Ini agak pahit, sedikit." Dew mengecap bibirnya, alisnya mengkerut-reaksi spontan.
"Memang pahit, apa terlalu pahit?" Tanya Nani mengambil cangkir dari tangan Dew.
"Lumayan," jawab Dew.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Antara Cinta dan Pengkhianatan [DewNani]✓
FanfictionKeegoisan adalah api yang membara di dalam dada, Menyala dengan nafsu dan keinginan yang tak terpuaskan. Seperti nyala api yang menghangatkan, namun juga membakar, Ia membawa kecemasan dan ketidakpuasan yang tak terpadamkan.