Dalam kehidupan ini, terkadang kita bisa merasakan keputusasaan yang begitu mendalam. Ia adalah titik terendah di mana harapan tampak begitu jauh dan keinginan kita terasa sia-sia. Keputusasaan hadir ketika segala upaya yang kita lakukan tampak tidak memberikan hasil, ketika mimpi-mimpi kita hancur berkeping-keping, dan ketika rasa putus asa menguasai pikiran dan hati kita.
Saat keputusasaan datang, kita merasa terjebak dalam perasaan gelap yang tidak ada jalan keluar. Semangat kita pudar, harapan terkikis, dan pikiran negatif menghantui setiap langkah kita. Segala upaya kita untuk mencapai tujuan terasa sia-sia, dan perasaan tak berdaya melanda. Kita merasa terperangkap dalam lingkaran kegagalan yang tak berujung.
Namun, di balik keputusasaan yang menyelimuti, ada juga hikmah yang bisa dipetik. Keputusasaan adalah momen di mana kita bisa melihat sejauh mana kita berjuang, seberapa besar kita menginginkan sesuatu, dan seberapa kuat kita untuk bangkit kembali. Ia adalah ujian bagi ketahanan dan kekuatan diri kita.
Bible merasakan itu. Untuk itu, dia akan berjuang. Lagi. Nanti.
Di tengah siang yang terik, di antara gemuruh rutinitas dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, terkadang ada gairah cinta yang tumbuh dan berkobar. Seperti sinar matahari yang menembus celah awan, gairah itu menyinari hati dan membara di dalam jiwa.
Pada waktu yang tak terduga, saat jalan-jalan sibuk dipenuhi langkah-langkah tergesa, mereka bertemu. Mereka, dua jiwa yang tak sengaja terjerat dalam jalinan cinta yang tak terduga. Tatapan mereka bertaut, dan dunia di sekeliling seolah-olah berhenti sejenak untuk memberi tempat bagi gairah yang meluap.
Di bawah sinar matahari yang hangat, mereka merasakan getaran yang tulus. Percakapan mereka putus asa. Setiap detik bersama terasa seperti petir yang menyambar.
Dalam suasana siang yang berdebar, gairah itu tumbuh menjadi sesuatu yang tak terkendali. Mereka terjerat dalam percikan-percikan keintiman, di mana setiap sentuhan membangkitkan getaran yang mengalir melalui tubuh mereka. Hati mereka menyatu, dan dunia seakan-akan menyusut menjadi dua orang yang saling terpaut.
Namun, di balik gairah yang membara, ada rasa takut yang menyelinap dalam hati mereka. Mereka menyadari bahwa cinta ini terlahir di saat yang salah, di tempat yang tak tepat. Ada komitmen dan keterikatan yang mencekik mereka, menghantui langkah-langkah mereka dengan keraguan dan ketidakpastian.
Dalam gairah itu, mereka berjuang melawan rasa takut dan kebingungan. Mereka mencoba menemukan kebenaran di antara pergulatan hati dan akal budi. Mereka bertanya-tanya apakah gairah ini hanya sekadar kilatan semu, ataukah ada kesempatan untuk menjalani cinta yang tulus dan penuh makna.
Namun, di balik semua pertanyaan dan keraguan, mereka tidak bisa menahan gairah yang mengalir dalam diri mereka. Mereka terus mengulurkan tangan, menerima kehangatan dan keindahan yang hadir dalam gairah cinta itu. Walaupun mungkin berarti mereka harus menghadapi konsekuensi dan tantangan yang sulit, mereka tetap memilih untuk memeluk gairah itu dengan sepenuh hati.
Diujung matanya, Nani menitikkan airmata nya. Putus asa disaat Bible memasuki dirinya. Kesal, putus asa, menyesal, sakit... Semuanya tercampur aduk di dalam setiap suara ilegalnya yang rendah.
Setelah kegiatan panas mereka, Nani mematut diri. Untungnya Bible tidak meninggalkan jejak apapun di kulitnya. Di cermin bulat yang berada di ruangan itu, Nani menatap Bible yang berada di belakangnya-menatapnya tanpa pakaian atas.
"Ini yang terakhir?" Bible berbicara, hampir berbisik.
Nani mengusap lembut wajahnya yang terasa sembab. Percuma untuk beriba dan memuas diri. Dia tidak akan tenang. Dia berbalik, menatap Bible.
"Terakhir. Mari bertemu setelah kita sama-sama memperbaiki diri. Tetap bahagia, Bible."
Itu adalah kalimat terakhir sebelum Nani keluar dari ruangannya sembari memasang masker. Bible memaku di tempat menatap pada pintu ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Antara Cinta dan Pengkhianatan [DewNani]✓
FanfictionKeegoisan adalah api yang membara di dalam dada, Menyala dengan nafsu dan keinginan yang tak terpuaskan. Seperti nyala api yang menghangatkan, namun juga membakar, Ia membawa kecemasan dan ketidakpuasan yang tak terpadamkan.