Dalam gelapnya malam, Nani terbaring terlentang dengan Dew yang memeluknya erat disisinya. Tidak bisa tidur. Pikirannya berkecamuk, mengusik ketenangan. Bayangan-bayangan dari kisah dan peristiwa berputar-putar di benak, menolak untuk meredam. Getaran ketegangan terasa di udara yang seharusnya tenang. Meski kelopak mata terpejam, pikirannya tetap berjalan di lorong-lorong yang tak terduga.
Bisikan waktu terus berdenting di telinga, memperkuat kesadaran bahwa tidur sepertinya semakin menjauh. Mungkin itu kekhawatiran, impian yang membelit, atau hanya gelombang ketidakpastian yang menari-nari di pikiran. Dalam kegelapan, dia mencoba menemukan ketenangan, tetapi malam ini, tidur tampak seperti kejauhan yang sulit dijangkau.
Gelisah bagaikan riak-riak air yang tak kunjung mereda. Rasa cemas menari-nari di dalam dada, seakan memainkan lagu kekhawatiran yang sulit dihentikan.
Tangan yang meremas-remas sesuatu tanpa sadar, mencerminkan kegelisahan yang sulit dijelaskan. Mata memandang ke kejauhan, mencari pemahaman dalam hiruk-pikuk perasaan yang tak teratur. Seperti kupu-kupu yang tak bisa diam, gelisah itu mewarnai keheningan malam dengan keraguan dan ketidakpastian.
Setiap detik terasa seperti beban yang semakin berat, seolah waktu sendiri ikut berdansa dengan gelisah yang menghantuinya. Di dalam kepala, pertanyaan dan scenario worst-case terus berputar, menciptakan badai kecil dalam pikiran yang gelap.
"Sayang..." Buyar, Nani menoleh pada Dew yang membuka setengah matanya. Dia berdehem.
"Belum tidur?" Tanya Dew. Nani hanya berdehem lembut, memberi afirmasi.
"Haus?" Tanya Nani, tak heran jika Dew terbangun di malam hari-jika tidak karena haus dan panggilan alam.
Dew hanya tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan mengambilkan air untukmu." Nani melirik ke nakas yang berada di belakang punggung Dew-gelasnya sudah kosong. Dia harus ke dapur untuk mengisinya kembali, meninggalkan getaran ponselnya di samping bantal.
"Americano," hari ini Nani berjaga di konter. Win sedang libur, izin sakit-tidak bisa datang.
Berdiri di konter dia menatap pelanggan didepannya, Bible ada disana-tersenyum lembut padanya.
"Take away atau..."
"Di meja biasa," potong Bible. Hazel Nani mengikuti punggung Bible yang menjauh, mengambil tempat yang sama saat dia berada di kafenya.
Helaan nafas keluar dari belah bibirnya, memberi catatan ke stafnya.
"Hai, sayang." Kali ini Dew. Nani tersenyum tipis, rasa was-was dan ketakutan bercampur aduk, menguasai pikirannya.
"Hai."
"Sendirian? Dimana Win?"
"Dia sakit, izin." Dew mengangguk, bibirnya cemberut. Niat hati ingin mengajak sang pujaan untuk makan siang, tapi sepertinya tidak bisa-bisa tapi tidak bisa pergi keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Antara Cinta dan Pengkhianatan [DewNani]✓
FanfictionKeegoisan adalah api yang membara di dalam dada, Menyala dengan nafsu dan keinginan yang tak terpuaskan. Seperti nyala api yang menghangatkan, namun juga membakar, Ia membawa kecemasan dan ketidakpuasan yang tak terpadamkan.