5

153 13 1
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Shoichi ingin

Aku terdiam melihat penampilanku. Wajahku sekarang terlihat kurus bahkan ada lingkaran hitam dibawah mataku.

"Malas mandi." Ucapku.

Aku kembali melamun dan membuka laci meja belajarku untuk mengambil sesuatu. Aku tersenyum mulai menggoreskan pisau di dekat area denyut nadiku.

"Kematian harus segera terjadi." Gumamku.

Aku akan menggoreskan cutter kearah denyut nadiku cuma ditahan seseorang. Dia sakura menatapku tajam. Masih ada darah mengalir tapi aku tidak merasakan apapun.

"Shoi kau ingin mati hah?!" kesal Sakura.

"Aku tidak suka kehidupanku." Ucapku.

"Bertahan demi neechan ya." Ucap Sakura menangkup wajahku.

"Hm." Gumamku.

Sakura memperban tanganku dia hanya diam saja. Kedua pergelangan tanganku telah didominasi bekas luka disebabkan diriku sendiri. Aku melampiaskan segalanya dengan cara melukai diriku sendiri.

"Neechan izinkan aku beristirahat." Ucapku.

"Shoi boleh beristirahat biar neechan menjagamu disini." Ucap Sakura mengelus rambutku.

"Bukan istirahat sekarang tapi maksudku beristirahat dalam tidur keabadian." Ucapku.

Sakura berhenti mengelus rambutku. Aku tersenyum kearah sakura. Aku tahu sakura sangat menyayangiku cuma keadaan memaksa diriku menyerah tentang hidupku.

"Shoi kau itu adikku. Kita tumbuh bersama-sama. Aku tidak sanggup membayangkan hidupku tanpa dirimu." Lirih Sakura.

"Sebelum aku pergi ke surga. Aku akan memastikan kebahagiaanmu dulu neechan." Ucapku.

Sakura terlihat tidak suka akan ucapanku barusan. Tujuan hidupku saat ini adalah kematian.

"Kenapa kau memilih pergi shoi?" Tanya Sakura.

"Menurut shoi kematian adalah salah satu cara aku melepaskan beban hidupku." Ucapku.

"Tidak bisa bertahan lebih lama?" Tanya Sakura.

"Aku memiliki riwayat depresi berat dan pemeriksaan terakhir mengatakan paru-paruku rusak akibat rokok." Ucapku.

"Kenapa kau merusak tubuhmu shoi?" Tanya Sakura.

"Awalnya kupikir merokok menghilangkan beban saja tapi aku malah kecanduan hingga paru-paruku rusak." Ucapku.

"Touchan dan kaachan telah kau beritahu?" Tanya Sakura.

"Sudah. Mereka berkata aku mengarang cerita agar dikasihani." Ucapku.

"Akhir tahun masih sempat?" Tanya Sakura.

"Aku akan bertahan sebisa tubuhku." Ucapku.

Sakura memeluk tubuhku sangat erat. Sebenarnya tidak mau meninggalkan sakura cuma aku egois untuk kebahagiaan diriku sendiri.

Beberapa hari kemudian aku tengah berkumpul dengan para teman-temanku.

"Jual ginjal dapat uang berapa?" Tanyaku tiba-tiba.

"Pertanyaan lu aneh amat." Ucap Deidara.

"Ginjal dengan kualitas terbaik setidaknya bisa dihargai US$1juta atau setara Rp14 miliar. Harga yang sangat fantastis! Sementara itu, untuk harga ginjal manusia dengan kualitas nomor dua bisa mencapai harga US$557.000 atau setara dengan Rp7,8 miliar." Ucap Kakuzu.

"Mahal sekali ya." Ucap Yahiko.

"Tapi lu nanyain harga ginjal buat apaan?" Tanya Kakuzu.

"Mau jual ginjal gua." Ucapku.

"Perasaan perusahaan haruno semakin maju deh." Heran Sasori.

"Mereka yang maju bukan gua." Ucapku.

"Pewaris memang sulit shoi. Gua juga merasakan hal tersebut." Ucap Itachi.

"Setidaknya paman fugaku mengerti memperlakukan anaknya. Dia bahkan tidak menuntut dirimu menjadi seorang pewaris." Ucapku.

"Gaya bahasa lu makin aneh aja." Ucap Nagato.

"Apabila gua mati makamkan gua di tempat yang teduh ya." Ucapku.

"Lu jangan bercanda masalah kematian." Ucap Hidan.

"Tenang aja. Gua kagak mungkin meninggalkan kalian." Ucapku.

Mereka tersenyum akan ucapanku barusan. Yah setidaknya mereka tidak tahu mengenai kematianku yang semakin dekat.

🍁 Segera pergi

Haru Twins

~ 19 Juni 2023 ~

✔️ Haruno Sakura Twins (oc male reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang