6

112 11 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🌸 Sakura hanya bisa

Aku sering mengawasi shoichi. Dia sekarang lebih banyak diam bahkan setiap makan saja harus aku suapin. Tatapan mata shoichi mulai kosong membuat aku sangat khawatir akan kondisi mentalnya.

"Shoi!" Panggilku.

"Ada apa?" Tanya Shoichi.

"Makan dulu." Ucapku.

"Oh iya aku lupa makan sejak kemarin malam." Ucap Shoichi.

Aku diam saja dan menyuapi shoichi dengan lauk yang sengaja aku masak untuknya. Shoichi tetap fokus melihat berkas. Mata shoichi terlihat lelah sekali bahkan dia sering menguap.

"Neechan aku menyerah ya." Ucap Shoichi.

"Jangan aku tidak rela kehilanganmu." Lirihku.

"Shoi beristirahat disini tidak akan pernah nyenyak. Saat kematian adalah waktu yang sangat tenang bagiku." Ucap Shoichi.

"Shoi." Lirihku.

Shoichi berdiri dan langsung memeluk tubuhku sangat erat. Dia membisikkan sesuatu membuat aku terdiam.

"Maafkan aku. Saat itu aku banyak pikiran jadi kesana." Ucap Shoichi.

"Kalau kau pergi bagaimana dengan dia?" Tanyaku.

"Rahasia saja dari touchan. Tubuhku semakin tidak kuat neechan belakangan ini." Ucap Shoichi.

"Istirahat ya. Aku takut kondisimu semakin parah." Ucapku.

"Minta pelukan neechan." Ucap Shoichi.

"Habiskan dulu makanmu." Ucapku.

Shoichi mengganggukkan kepalanya. Aku menyuapinya hingga selesai makan. Setelah selesai makan aku mengajak shoichi beristirahat di kamarku. Di kamarku aku mengelus punggung shoichi aku merasakan bahwa tubuh shoichi semakin kurus.

"Neechan bolehkan shoi bebas tanpa beban ini. Diriku lelah sekali menghadapi banyak tuntutan." Lirih Shoichi.

"Shoi neechan punya usul." Ucapku.

"Apa usulnya?" Tanya Shoichi.

"Aku akan menyembunyikanmu dari keluarga ini." Ucapku.

"Caranya?" Tanya Shoichi.

Aku membisikkan ideku kepada shoichi. Shoichi menatapku sejenak aku hanya mengganggukkan kepalaku.

"Bukannya ini sangat beresiko?" Tanya Shoichi.

"Kau ingin terbebas dari beban ini maka ikuti rencanaku." Ucapku.

"Baiklah neechan." Ucap Shoichi.

Aku tersenyum dan mengelus rambut shoichi. Semoga rencanaku berjalan lancar seperti yang aku pikirkan.

"Tidur sangat menyenangkan." Ucap Shoichi.

"Alasanmu menyukai hujan sangat deras apa?" Tanyaku.

"Saat petir menyambar aku bisa teriak sepuasnya tanpa diketahui oleh siapapun. Aku tidak mau orang lain mengetahui kelemahanku." Ucap Shoichi.

"Kau sering menangis dalam tidurmu." Ucapku.

"Menangis hingga tertidur memang hal yang biasa bagiku." Ucap Shoichi.

"Kau sudah memiliki wanita yang kau sukai?" Tanyaku.

"Sudah." Ucap Shoichi.

"Siapa?" Tanyaku.

"Guru fisika di kelasku." Ucap Shoichi.

"Heh dia lebih tua darimu!" Protesku.

"Beda lima tahun saja." Ucap Shoichi.

"Memang kau berniat langsung menikah setelah lulus sekolah?" Tanyaku.

"Tidak. Aku akan kerja dulu baru menikah." Ucap Shoichi.

"Usianya terpaut jauh denganmu kupikir dia pasti telah memiliki seorang pasangan." Ucapku.

"Aku telah mencari informasi mengenai dia. Dia wanita yang berpisah dengan suaminya dikarenakan selama menikah belum dipercayakan seorang anak." Ucap Shoichi.

"Tidak keberatan mengenai itu?" Tanyaku.

"Menikah bukan sekedar mendapatkan keturunan saja menurutku. Lagipula aku sedikit ragu bisa menjadi orang tua yang baik untuk anakku kelak." Ucap Shoichi.

"Adopsi berarti pilihanmu?" Tanyaku.

"Tidak tahu. Cuma terkadang pikiranku kotor sekali neechan." Ucap Shoichi.

Aku menjewer telinga kanannya shoichi membuat dia kesakitan. Aku heran saja sifat shoichi memang kadang mesum.

🌸 Sedikit menolong shoichi

Haru Twins

~ 21 Agustus 2023 ~

Maaf lama banget gak update cerita. Kesibukan di dunia nyata menyita waktuku.

✔️ Haruno Sakura Twins (oc male reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang