4

140 15 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🌸Sakura tahu

Shoichi jarang tertidur nyenyak dia pasti akan diperintah untuk menyelesaikan dokumen setelah pulang sekolah. Waktuku bersama shoichi tidak terlalu banyak sejak kami kecil. Kedua orangtuaku terlalu menekan shoichi menjadi penerus perusahaan. Shoichi sebenarnya tidak mau namun saat dia membantah malah berakhir ditampar oleh ayahku.

Sekarang aku yang baru saja pulang sekolah melihat adikku tengah serius membaca dokumen kantor. Aku tidak suka tapi tidak bisa melawan akan semua keadaan ini.

"Okaeri neechan." Ucap Shoichi.

"Sudah makan siang belum?" Tanyaku.

"Belum." Ucap Shoichi.

Shoichi memang tidak masuk sekolah kondisi kesehatannya kurang baik. Kukira akan dibiarkan beristirahat dengan tenang ternyata tidak. Shoichi tetap saja harus bekerja di rumah membuatku sedih saja.

Aku mencium kening shoichi. Aku berlalu pergi dari hadapannya. Aku berganti baju dengan pakaian santai dan menuju dapur. Aku akan membuat makan siang untuk shoichi karena pasti para maid disini tidak berani memberi makan shoichi karena perintah ibuku.

Selesai memasak aku datang menghampiri shoichi yang nampak lelah. Kulihat shoichi menutup hidungnya aku berlari menghampirinya ternyata shoichi mimisan. Aku mengambil tisu terdekat dan membersihkan darah dari hidungnya shoichi.

"Shoi lelah." Lirih Shoichi.

Aku memeluk tubuh shoichi sangat erat. Kenapa harus adikku yang mendapatkan nasib ini aku tahu dia memang pewaris perusahaan tapi jangan menekan shoichi seperti ini.

"Neechan perut shoi sakit." Lirih Shoichi.

Aku melepaskan pelukanku dari tubuh shoichi. Aku memberi isyarat agar shoichi membuka mulutnya dia menurut. Aku menyuapi shoichi seperti saat kecil dulu. Shoichi hanya mengeluh lelah padaku dia capek katanya harus begadang demi menyelesaikan semua berkas.

"Neechan beritahu shoi suatu hal mengenai permainan anak kecil." Ucap Shoichi.

"Shoi ingin memainkan itu?" Tanyaku.

"Iya. Shoi ingin melakukan banyak hal bersama neechan. Shoi tidak tahu kapan tubuh ini rusak total dan tidak akan hidup lagi." Lirih Shoichi.

"Shoi kuat kok." Ucapku mengelus pipi kanan shoichi.

"Neechan izinkan aku tidur. Aku capek sekali." Lirih Shoichi.

"Sini peluk neechan." Ucapku merentangkan tanganku.

"Ke kamarku yah. Aku mau tidur lelap bersama neechan." Lirih Shoichi.

Suara shoichi menahan sakit saat berbicara membuatku sangat khawatir akan kesehatannya. Aku mengganggukkan kepalaku dan kami berdua menuju kamar shoichi. Saat menyalakan kamarnya ternyata sangat berantakan sekali. Banyak barang pecah dimana-mana aku tidak akan menegur tindakan shoichi. Itu mungkin salah satu cara shoichi melampiaskan emosinya.

"Neechan!" Panggil Shoichi.

Aku berbaring dan shoichi ikutan tiduran di sebelahku lantas memeluk leherku sangat erat. Aku mengelus punggung tegap adikku. Punggung yang terasa sedikit kurus menurutku karena pola makan berantakan dan tidurnya tidak teratur.

"Dek neechan sebenarnya tidak mau kamu menjadi pewaris." Ucapku.

"Neechan buatlah keluarga kecil yang saling menyayanginya satu sama lain. Jadi biarkan suamimu mendikte anakmu menjadi hal apa yang diinginkan suamimu." Ucap Shoichi.

"Shoi bertahan sebentar lagi. Neechan akan membawamu pergi dari rumah dan akan menjadikanmu seorang dokter." Ucapku.

"Waktuku entah cukup atau tidak neechan." Ucap Shoichi.

"Berusahalah bertahan. Neechan juga tengah berjuang mendapatkan uang dari pekerjaan sampingan." Ucapku.

"Sasuke beruntung memilikimu di masa depan nanti." Ucap Shoichi.

Aku diam namun entah kenapa shoichi sedikit tertawa melihat wajahku. Pasti wajahku memerah karena shoichi membicarakan mengenai sasuke.

"Aku akan berjuang demi dirimu. Dan aku akan menyerah saat tubuh ini kehabisan energi kehidupan." Ucap Shoichi.

Aku memeluk tubuh shoichi sangat erat. Aku akan mempertahankan shoichi apapun yang terjadi.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatianku. Aku mengelus punggung shoichi agar tertidur lelap. Biarkan shoichi beristirahat untuk sehari saja.

Saat pintu terbuka itu kedua orangtuaku. Mereka menatapku secara bergantian saat kizashi akan menarik tangan shoichi aku melepaskannya.

"Sakura adikmu itu pewaris." Ucap Kizashi.

"Aku tahu. Biarkan shoi beristirahat sehari saja. Shoi demam touchan dia kelelahan." Ucapku.

"Seorang pewaris tidak boleh lemah. Adikmu saja yang berlebihan." Ucap Mebuki.

"Itu hanya alasan saja agar dia tidak menjalankan tugasnya. Pewaris harus tahan banting." Ucap Kizashi.

"Sudahlah. Lebih baik touchan dan kaachan keluar saja." Ucapku.

Mereka keluar dan aku merasakan pundakku basah. Shoichi menangis dalam diam hanya ada isakan kecil yang terdengar.

🌸 Shoichi tidak mau menjadi seorang pewaris

Haru Twins

~ 05 Juni 2023 ~

✔️ Haruno Sakura Twins (oc male reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang