28 Maret 2022

177 16 0
                                    

Aku memutar bola mata dengan malas saat Doyoung memaksaku untuk meminjamkan motorku padanya padahal dia memiliki motornya sendiri untuk dipakai mengantar Bunda ke pasar.

Katanya, "Biasalah... Si Keong kan lagi perawatan." Padahal aku tahu kalau motor Doyoung rusak lagi setelah sekian lama tidak pernah ganti oli.

Aku terpaksa memesan ojol untuk pergi ke kampus di siang hari karena ada rapat project festival dari fakultas dalam beberapa waktu ke depan.

Sebenarnya projectnya masih terbilang cukup lama bahkan memakan banyak waktu hampir tiga sampai 5 bulan lamanya untuk mempersiapkannya. Namun demi kelancaran festival fakultas yang katanya akan jadi acara paling besar di kampus, para mahasiswa dan organisasi yang berpartisipasi memutuskan untuk merencanakan segalanya jauh-jauh hari bahkan bulan.

Jujur aku begitu malas untuk mengikuti rapat modelan seperti ini. Berkumpul dengan mahasiswa yang selain teman kita sangatlah menguras tenaga. Rapat atau kumpulan ini rata-rata menghabiskan banyak waktu untuk menunggu yang telat untuk datang, sementara topik pembicaraannya bahkan hanya memakan waktu tak sampai 30 menit.

Selain itu, aku juga terlalu malas untuk pergi ke kampus disaat aku tidak memiliki jadwal kelas manapun.

Sesampainya di kampus, aku langsung berjalan menuju tempat kumpul anak-anak itu. Tetapi karena aku tahu mereka akan sangat telat datangnya, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampus. Sekedar numpang wifi untuk streaming series Netpliks favoritku.

Tapi sebelum itu, aku iseng melihat-lihat buku yang berjejer rapih di dalam rak jati kokoh. Berbagai macam buku ku sentuh dan sekilas ku baca kemudian menyimpannya kembali di tempat semula.

Aku yang dasarnya orang penasaran mencoba untuk pergi ke arsip skripsi. Aku penasaran dengan skripsi Doyoung yang katanya masuk ke jajaran skripsi paling bagus di angkatannya.

Percaya tak percaya aku berhasil menemukannya. Tentunya buku yang cukup tebal ini berdebu dan membuatku bersin beberapa kali.

"Eh Winter." Mendengar namaku disebut aku langsung menoleh ke sumber suara. Karina berdiri menghadapku sembari memegang beberapa buku di lengannya.

Aku yang hendak membaca skripsi ditangani langsung menutup halaman yang akan ku baca dan memperhatikan lawan bicara.

"Itu skripsi Kakak kamu kan?"

Aku membacanya lagi untuk memastikan kemudian mengangguk-angguk mengiyakan.

"Boleh pinjem ga? Aku ada tugas buat jurnal penelitian, kebetulan pembahasannya satu tema sama punya Kakak kamu."

"Oh ya boleh kok, ini ambil aja.."

Aku memberikannya pada Karina namun nampaknya gadis ini kesulitan untuk membawa buku-buku itu sekaligus.

Dengan sigap aku mengambil 2 dari 6 buku tebal yang ia bawa dan menumpuknya dengan skripsi Doyoung dibagian paling atas.

"Kakak duduk dimana?"

"Disini Win." Jawab Karina sembari mengkodeku untuk mengikutinya sampai ke sebuah meja lesehan di lokasi pojok baca.

Sosok Giselle yang sadar akan kehadiran kami langsung mendongak dan sedikit menggeser duduknya mempersilahkan aku sebagai seorang tamu ikut duduk.

Aku menyimpan tumpukan buku itu diatas meja dan langsung duduk disamping Giselle yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Nemu ga kamu Rin?"

"Disitu, yang dibawa sama Winter."

Tanpa basa-basi Giselle mengambil skripsi Abangku lalu membacanya kemudian mengangguk-angguk seolah menemukan sesuatu dari balik buku tebal itu.

Dari Widya Untuk KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang