Entah aku tidak peduli atau memang lupa, tapi aku sudah benar-benar tidak terpaku lagi dengan Karina. Kini entah sudah minggu ke berapa kami tidak bertegur sapa, tidak bertukar pesan, bertemu pun sepertinya tidak. Setidaknya aku jadi merasa lega dengan keputusanku ini.
Setelah festival musik hari itu, porsi latihanku tidak sepadat kemarin. Aku dengan yang lainnya berlatih hanya dalam waktu-waktu tertentu apalagi di pertengahan semester seperti sekarang ini.
Aku jadi lebih sibuk dengan tugas dan sedikit kegiatan organisasi di luar kampus yang mengasah skill ku di bidang lain. Beberapa kali juga coba ku apply pekerjaan paruh waktu tapi nampaknya mereka lebih tertarik pada yang punya waktu luang cukup banyak.
Aku keluar dari gedung Fakultas dan berjalan menuju keluar gerbang. Ku lihat pemandangan para mahasiswa baru yang kini sibuk berbincang dengan para kating di Himpunan. Maba-maba itu ternyata masih memakai pakaian yang ditentukan oleh masing-masing dari kating mereka meski sekarang tanpa aksesoris apapun.
Aku lewat di depan perkumpulan yang lebih banyak dikerumuni. Kepalaku sekilas salfok dengan Giselle yang ada disana hingga akhirnya gadis itu memanggil dan menghampiriku.
"Lo kosong ga hari ini?" Tanyanya to the point.
Aku tentu menggeleng karena sehabis ini aku akan langsung pulang ke rumah. "Nggak, abis ini juga mau balik ke rumah."
"Ohh... Kalo lo ikut gue mau ga?"
"Hah? Kemana?"
"Lo ikut dulu aja." Paksa Giselle. Aku agak takut untuk berbicara dengan Giselle, dan perkara tentang aku dengan Karina juga membuat aku dan Giselle tidak pernah mengobrol lagi dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pribadi Giselle yang tegas dan langsung pada intinya membuat sebagian orang termasuk aku yang mengobrol dengannya jadi sedikit terintimidasi. Meski begitu orang seperti ini justru tidak bertele-tele dalam menyampaikan sesuai termasuk sekarang ini.
"Ketemu Karina, apa lagi? Gue juga mau obrolin sesuatu sama lo."
"Ng-nggak deh.. Gue ada urusan."
"Ck! Ikut dulu ayooo." Tanganku mulai ditarik Giselle, aku menariknya dari arah lain, tak mau ikut dengannya karena sebenarnya aku sedang menghindari Karina.
"Ayo lah. Lo- ikut aja udah..." Aku akhirnya menyerah dan langsung diseret ke suatu tempat oleh Giselle.
Kini di tempat ini hanya aku dengannya saja. Giselle memilih tempat yang tidak banyak di lalui oleh orang lain.
"Gue tau soal lo sama Karina. Gue juga tau lo putusin Karin-"
"Gua gaada hubungan apa-apa sama dia."
"Maksudnya lo ngejauh dari Karina karena masalah yang di festival musik kemaren kan."
"Iya, lo tau darimana soal gue sama Karina?"
Giselle seketika menghela nafas dan memutar bola matanya malas. "Gue punya mata. Lo sama Karina tuh keliatan jelas deket sama ngejauhnya. Kemarin aja kalian deket banget kek lem korea, sekarang saling jauh-jauhan."
"Sejelas itu emang?"
"Untuk sebagian orang yang ga terlalu deket mah ya nggak, tapi bagi gue yang sehari-hari ngobrol sama Karina ya gue tentu tau dia sekarang seringnya pergi sama siapa."
"Terus?"
"And that's why she doing it."
"Hah? Gue ga ngerti maksud lo."
"Gini Widya, kalian ga mungkin kan nunjukkin hubungan kalian di depan publik? Apalagi Karina punya branding tersendiri di mata orang lain dan- dia ga sebebas lo buat lakuin hal yang ga diterima sama orang banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Widya Untuk Karin
FanfictionAku tidak pernah menyalahkan semesta atas salahnya pertemuan kami. Semua yang ada disini hanya tentang aku dan dirinya yang ditakdirkan bertemu namun bukan untuk bersatu. Buku ini ditujukan untuk seseorang yang sudah menemani hingga hembus nafas ter...