25 Desember 2022

215 11 1
                                    

Telingaku berdengung secara tiba-tiba saat tengah memberikan presentasi di sebuah seminar. Aku tiba-tiba tersadar ketika Ryujin menepuk bahuku kencang, aku yang terkejut langsung mencoba improvisasi dan melempar materi pada Ryujin yang kebetulan satu kelompok denganku.

Setelah acara selesai aku segera duduk di kursi koridor, memijat perlahan pelipis untuk menahan rasa maluku tadi karena blank out saat memaparkan materi.

"Sorry Jin, tadi... Gue ngeblank banget tiba-tiba."

Ryujin yang tahu kondisiku lantas memakluminya, ia memberikanku sebotol air mineral yang disediakan oleh panitia untuk kami sebagai pemateri.

Kami berdua mengikuti sebuah acara seminar workshop yang disponsori sebuah perusahaan, kami mengajukan diri sebagai perwakilan jurusan untuk memberikan sedikit materi dan mengenalkan segala tentang jurusan kami kepada audiens yang dihadiri banyak mahasiswa dari kampus lainnya.

Sialnya, aku malah mengacaukan acara karena lupa dengan apa yang sedang ku lakukan saat itu juga. Entah karena faktor gugup, demam panggung, atau semacamnya, kondisi ini selalu saja datang disaat yang tidak tepat.

"Lancar kok Dy, lo gausah kepikiran gitu."

Aku tidak bisa meremehkan hal ini. Entah penyakit atau apa lah itu yang membuatku mudah lupa akan sesuatu harus segera ku obati karena hal ini semakin lama semakin mengganggu kehidupanku.

Memang awalnya aku tak sadar dengan gangguan itu namun semakin ku telusuri lebih jauh terutama saat aku masih kecil, sering sekali aku melupakan hal-hal yang sangat sepele bahkan untuk sekedar makan atau pergi ke toilet untuk buang air pun terkadang aku lupakan.

Salah satu hal yang ku benci adalah gangguan ini karena sampai aku dewasa pun gangguannya tidak hilang, malah sepertinya semakin parah dari hari ke harinya.

"Lain kali bawa catatan aja kalo ke depan, yang kecil gitu aja buat jadi pengingat." Saran Ryujin memanglah ampuh dalam mengatasi hak tersebut tapi tidak denganku.

Andai aku pengingat yang baik, aku pasti akan melakukan itu dengan mudah seperti orang lain.

Sayangnya untuk mengingat apa yang ku lakukan di hari kemarin saja aku masih butuh buku harianku yang ku tulis setiap harinya.

Sebetulnya aku merasa muak untuk terus menerus menuliskan kegiatanku setiap harinya. Beberapa ingatan yang tak mengenakkan harus ku ingat lagi demi aku bisa mengingat siapa diriku waktu hari ini dan kemarin.

Aku segera pulang dari kampus. Seperti hari kemarin, aku langsung masuk ke kamar lalu tertidur sejenak karena kelelahan.

Baru ku pejamkan mata, sekelebat perasaan yang pernah ku rasakan sebelumnya muncul. Rasa tak nyaman dan gelisah yang sepertinya cukup berlebihan.

Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Tak ada, atau mungkin aku memang sudah lupa tapi perasaan seperti ini tetap ada meski kejadiannya sepertinya sudah terlampau lama.

Aku mengambil cermin di meja nakas, sekedar bercermin untuk melihat ekspresi wajahku yang kini seperti orang bloon yang kebingungan.

Jariku menyentuh bagian kepala. Ku rasakan tekstur lain disana bekas benturan keras yang ku dapatkan saat masih kecil dulu.

Mungkin saja gejala lupa ini muncul karena kecelakaan itu. Aku tak begitu ingat yang terjadi karena hal itu sudah lama sekali terjadi.

Badanku tiba-tiba bergerak menuju suatu tempat di kamar, mengubek-ubek sebuah kotak berisi buku-buku lalu menemukan buku harian beberapa tahun yang lalu. Isinya pasti sama, sekedar keseharianku yang ku ulang terus-menerus tanpa variasi kegiatan lain, ku baca ulang pun isinya semua sama saja karena tak ada hal menarik yang ku lakukan selama ini.

Dari Widya Untuk KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang