Mungkin ini sedikit lucu bagi beberapa orang yang baca ini dan sadar kalau yang nulis kali ini bukan Widya.
Buku ini sekarang sudah berpindahkepemilikan. Beberapa waktu yang lalu sebelum wisuda Universitas Dharma Kusuma tahun 2023, Doyoung, mantan Asdos yang pernah mengajar di awal semester meneleponku untuk membuat janji temu.
Kami bertemu di cafe kampus agar dapat diakses lebih mudah sekalian bernostalgia saat kami masih menyandang status mahasiswa aktif dulu (Doyoung juga dulu alumni kampus ini).
Kami saling berbincang, sedikit berbasa-basi, dan saling menanyakan kabar satu sama lain setelah sekian lama tak bertemu.
"Terakhir saya denger tangan kamu masih di gips ya, sekarang udah sembuh?"
"Belum, tapi puji Tuhan sekarang udah bisa lepas gips meski masih harus kontrol tiap bulan soalnya masih ada retak."
Setelah menanyakan hal itu, Doyoung memancingku membahas tragedi kecelakaan itu. Jujur aku merasa sedikit... Terdistorsi karena lagi-lagi harus mengalami hal pahit semacam itu, dan sialnya aku tidak bisa melupakan setiap detail kejadiannya.
Tak lama Doyoung membicarakan kecelakaan itu, ia mengeluarkan sebuah kotak yang berisi buku dan peralatan menulis sederhana yang terlihat sangat biasa. Alat tulis yang sering ku lihat dipakai para mahasiswa untuk menulis PowerPoint yang ditampilkan di depan kelas atau mencatat hal penting saat rapat. Sejenak ku pikir tak ada yang spesial dengan ini tetapi Doyoung kemudian melanjutkan perkataannya, "Saya pikir Karin yang dimaksud disini itu kamu. Karena Widya ga pernah punya temen yang namanya Karin atau Karina selain kamu."
Lalu ku lihat coretan tulisan di dalamnya. Tulisan namaku, dan Widya yang terletak sederhana dan besar sehingga tak perlu lah sebuah kacamata tebal untuk membacanya meski coretannya setipis helaian rambut.
"Saya gabisa baca karena disitu tertulis cuman kamu yang boleh baca. Jadi saya gatau sama sekali apa isi di dalem buku itu."
Ucapannya membuatku mengurungkan niat untuk membaca halaman awalnya sekarang. Aku segera menutup buku itu dan mengembalikannya ke dalam kotak.
"Widya didiagnosis amnesia disosiatif. Kami sudah tau kalau kamu anak yang sama yang bersama Widya pada tragedi penculikan pada tahun 2010. Anggap aja ini sebagai perwakilan maaf dari Widya sekaligus kata terima kasih karena sudah menemani Widya di masa sulitnya. Untuk barang selanjutnya nanti saya kirim langsung ke rumah kamu, kirim aja alamatnya lewat WhatsApp."
Tanganku menjabat tangan Doyoung sebagai perpisahan hingga barang lainnya datang ke rumahku sesaat kemudian.
Aku membuka satu persatu barangnya di dalam kamar, semuanya milik Widya dan satu pun tidak ada yang di ubah.
Ku kembali mengalihkan diri pada buku tadi siang. Dalam hati, aku terus berharap Widya tetap lupa akan masa lalu terutama penculikan itu. Bagiku, mengingat segala kejadian dengan detail adalah hadiah paling menyebalkan yang ku dapat dalam hidupku, terlebih aku tidak bisa melupakan banyak kesalahan orang lain terhadapku, jadi mau tak mau aku berusaha menyembunyikan ingatan itu dari mereka yang sudah lupa.
Widya dan aku seolah saling melengkapi. Widya yang pelupa dengan aku si paling pengingat dalam segala hal, Widya bahkan tak ingat bagaimana pertama kali aku menciumnya saat awal semester, pertama kalinya aku menyatakan rasa sukaku padanya setelah sekian lama memastikan, sehingga Widya tidak memasukkan hal itu dalam bagian pertama dalam buku hariannya.
Aku berusaha memahami setiap cerita yang ia tulis meski ku tahu semua yang ia ceritakan adalah tentangku. Tulisan yang tercetak tanpa adanya alur yang menghubungkan tiap babnya, hanya ditandai dengan tanggal dan nama setiap orang yang berinteraksi dengannya pada hari itu. Widya cukup bekerja keras untuk sekedar mengingat apa yang terjadi di hari sebelumnya, ia juga beberapa kali menandai tanggal-tanggal atau janji penting dalam kertasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Widya Untuk Karin
FanfictionAku tidak pernah menyalahkan semesta atas salahnya pertemuan kami. Semua yang ada disini hanya tentang aku dan dirinya yang ditakdirkan bertemu namun bukan untuk bersatu. Buku ini ditujukan untuk seseorang yang sudah menemani hingga hembus nafas ter...