Aku dan Ryujin duduk-duduk di gazebo sekitar gedung fakultas untuk menemui seseorang. Bukan aku tapi tepatnya Ryujin.
Ryujin terus mengecek ponselnya berkali-kali dan menggusak sisi rambutnya dengan kesal.
"Ck! Apa jangan-jangan gue dibohongin ya?" Keluhnya padaku.
Aku menelan sisa jus jeruk yang ku beli sebelumnya dan melihat ke arah Ryujin yang kini sudah memasang wajah masamnya. "Tunggu aja dulu, dia jawab bisa dateng kan pas semalem?"
"Ya tapi gue ga yakin dia beneran dateng. Semenjak dia sibuk kan, boro-boro ngeiyain ajakan gue buat ketemuan, chat gue aja keknya dia arsipin."
"Yaudah, kalo dia ga dateng lebih dari 30 menit kita cabut aja. Kesian anak-anak pada nungguin kita buat latihan."
"Sabar dulu, ck ah!"
Ryujin mendaratkan bokongnya diatas bangku gazebo cukup keras, lupa dengan rasa sakit yang kini terganti oleh rasa kesal yang begitu besar.
Ia masih mengecek jam dan 3 menit lagi tepat jam 2.30.
Kami sudah bersiap untuk pergi sebelum seseorang datang dari sisi kanan gedung fakultas.
"Ada apa?" Tanyanya tanpa basa-basi.
Ryujin yang sudah memakai tasnya langsung meletakkan tas tangannya itu diatas meja gazebo dan menatap tajam orang itu.
"Sibuk amat sampe ga bales chat gue."
"Udah gue bales kan semalem."
"Cuman 'iya' doang? Yang kemarin-kemarin gimana?"
"Gue sibuk."
"Sibuk banget ya sampe sempet ngopi-ngopi di cafe kemarin."
"Itu kan rapat."
"Mana ada rapat di cafe gitu, palingan juga lo main kan sama 'temen-temen kuliah' lo itu."
"Ya lo aja yang udhik gapernah rapat di cafe. Makanya ikut organisasi biar mata lu kebuka tuh, ga cuman julid-julid teriakin sistem organisasi yang kata lo sok anarkis sama kolot itu."
"Oh gitu, lo belain mereka karna apa yang gue bilang bener kan?"
"Lo sampe kapan fitnah gue terus? Lo-sebuta apa sih lo sampe nuduh gue sibuk hangout sana-sini???"
"Gue ga akan gini kalo bukan lo yang mulai duluan, Yeji. Lo anggurin gue semenjak lo masuk dunia kampus."
"Lo sendiri kan yang mau gue ga cerita apapun soal kampus?"
"Kabarin apa kek, hidup lo emangnya semua serba kampus gitu? Kek penjara hidup lo."
"Iya, emang kenapa??? Udah lah, gue capek bahas ini terus. Buang waktu."
"Lu ga pernah mikir perasaan gua, Yeji."
*Plak!
Mataku langsung melotot lebar saat satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan Ryujin. Aku menatap Ryujin dan Yeji bergantian dengan niat melerai yang maju-mundur.
Bahu keduanya terlihat jelas bergerak sama-sama menahan emosi yang sudah mencapai batas. Ryujin mengepalkan tangan sampai buku-buku jarinya memutih, sementara Yeji sudah dalam keadaan menangis dengan rahang yang mengeras kuat.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Kami sontak langsung menoleh ke arah sumber suara. Karina sedikit berlari datang menghampiri kami dan langsung melihat keadaan kedua orang dihadapanku.
"Kalian, kenapa kalian-"
"Ck! Ini lagi ah!" Yeji mengelap air matanya dengan kasar lalu pergi meninggalkan kami bertiga, namun dengan segera Ryujin menahan tangan Yeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Widya Untuk Karin
FanfictionAku tidak pernah menyalahkan semesta atas salahnya pertemuan kami. Semua yang ada disini hanya tentang aku dan dirinya yang ditakdirkan bertemu namun bukan untuk bersatu. Buku ini ditujukan untuk seseorang yang sudah menemani hingga hembus nafas ter...