"𝕮𝖍𝖆𝖕𝖙𝖊𝖗 𝕹𝖎𝖓𝖊"

409 43 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.

"APA!!!?"

Semua orang terperanjat kaget. Joanna membalas tatapan tajam Marlion.

Ia benar-benar tidak menyukai pemuda ini. Semenjak kepergian nya ke Loudline secara diam-diam, Marlion memerintahkan dua orang prajurit bergantian mengawalnya ke mana pun ia berada. Selangkah pun ia tidak boleh meninggalkan Fyzool tanpa ijin nya. Marlion memang dengan mudahnya mengatakan Joanna tidak boleh pergi keluar tanpa ijin nya tetapi mendapatkan ijin itu adalah mustahil. Selalu saja ada yang dikatakan Marlion untuk melarangnya pergi. Selalu dan selalu ia berhasil mengikatnya namun hari ini Joanna sudah berada di ambang batasnya.

Siang ini tanpa mempedulikan larangan prajurit, ia menerobos Ruang Kerja Marlion. Ia tidak peduli apakah pemuda itu sedang membicarakan masalah penting dengan para menterinya atau tidak.

Ia tidak peduli siapa yang ada bersama pemuda itu. Ia hanya mau pemuda itu membiarkan nya pergi. Namun, seperti biasanya, pemuda itu melarangnya pergi.

"Kau memang memilikiku tetapi kau tidak pernah memiliki jiwaku! Jiwaku adalah milikku seorang,"

Joanna membalas tak kalah lantangnya dan ia menegaskan, "Tak seorang pun bisa memilikinya."

"Kau...," geram Marlion.

"Aku tidak butuh ijinmu untuk pergi ke mana pun aku mau!”

Joanna memotong dengan sengit, "Aku tidak membutuhkan ijinmu untuk menggerakkan tubuhku!" Marlion tidak dapat membalas.

"Aku adalah burung yang bebas!"

Joanna meninggalkan tempat itu dan menutup pintunya dengan keras.

"Kalau kau berani meninggalkan Istana lagi, kau tidak perlu kembali lagi!" seru Marlion murka.

Pintu kembali terbuka dan Joanna menampakkan kepalanya.

"Siapa yang takut?" balasnya tak kalah sengit.

"Aku masih bisa punya Schewicvic," katanya penuh kemenangan. Ia menjulurkan lidahnya—mengejek Marlion dan menghilang di balik pintu.

Tak seorang pun berani berbicara sepeninggal Joanna. Semua saling melihat dengan waspada.

Tidak seorang pun yang berani melihat Marlion yang masih murka.

Tidak seorang pun pernah berkata selantang itu pada Marlion. Tidak seorang pun pernah membantah Marlion!

"Dia memang benar-benar liar," geram Marlion.

.
.
.

Joanna geram. Memangnya siapakah Marlion itu? Siapakah pemuda itu hingga ia berhak mengatur apa yang boleh dilakukan nya dan apa yang harus tidak dilakukan nya? Joanna benci.

Ratu Pilihan | Markno versTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang