.
.
.
.
.Seminggu berlalu sudah semenjak percobaan pembunuhan Joanna.
Panas Joanna sudah berangsur angsur turun. Luka di tangan nya sudah mulai mengering. Namun menurut Dokter Lawrence, luka di perutnya tidak akan sembuh secepat luka di kedua telapak tangan nya.
Earl Hielfinberg juga sudah menunjukkan batas kesehatan nya. Sekarang atas nasihat dokter, ia beristirahat di kamar lain yang tak jauh dari kamar Joanna. Earl bukan saja lelah karena menunggui Joanna sepanjang hari namun juga karena kecemasan nya. Pada awalnya ia menolak namun setelah dibujuk oleh banyak orang, akhirnya ia mau menurut.
Lucas juga masih menutup mulut. Ia tetap berpura-pura tidak tahu apa yang telah terjadi di tempat persembunyian nya di Pittler.
Ia terus mengelak pertanyaan demi pertanyaan yang diutarakan padanya. Sikapnya ini membuat Jeremy sering lepas kendali hingga para prajurit kewalahan mencegah Jeremy melukai tahanan mereka.
Bawahan Lucas juga tidak banyak membantu. Mereka tidak tahu siapa dalang peristiwa ini.
Sebagian dari mereka bersikap keras kepala seperti Lucas dan sebagian hanya tahu mereka diperintah Lucas.
Di Arsten juga tidak tampak pergerakan yang mencurigakan. Giselle masih tetap tidak terlihat di dalam maupun sekitar Arsten.
Hector juga tidak pernah menunjukkan sikap yang mencurigakan. Ia juga tidak pernah mengumumkan hilangnya pedang pusaka keluarga mereka.
Marlion merasa sudah saatnya ia mengambil tindakan tegas.
Mulanya ia ingin menanti Hector mengumumkan hilangnya pedang warisan keluarga mereka. Namun tampaknya sekarang ia harus memanggil kakak sepupunya itu dan menanyakan langsung keberadaan pedang yang digenggam Joanna ketika ia ditemukan.
"Joanna, dalam waktu dekat ini aku akan meringkus semua yang menyebabkanmu seperti ini. Aku berjanji padamu.” Marlion termenung melihat Joanna.
Hari-hari belakangan ini semangatnya terus mengendur. Ia merasa seluruh tenaganya telah dibawa Joanna tidur.
Dulu ia selalu berharap Joanna dapat bersikap tenang. Ia tidak menyukai setiap keributan yang dibuat Joanna di Istananya.
Sekarang ketika harapan itu terkabul, ia mengharapkan yang sebaliknya. Marlion tidak sanggup melihat gadis liarnya tidak berdaya seperti ini.
"Hari itu seharusnya aku mengikatmu," gumam Marlion. Mata kelabunya yang sendu menatap lekat-lekat wajah yang tertidur nyenyak itu. Tangan nya membelai lembut setiap lekuk wajah Joanna.
"Aku telah berusaha mencegahmu tetapi aku kalah. Kau tahu aku selalu kalah darimu,"
Marlion menggenggam kedua tangan Joanna erat-erat dan menunduk dalam-dalam, "Andai saja aku berusaha lebih keras, semua ini tidak akan terjadi. Kau tidak akan celaka. Kau adalah poin penting dalam perebutan tahta ini. Kaulah pion untuk memberiku keturunan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Pilihan | Markno vers
FantasyRatu Pilihan | Markno version Original novel by Sherls Astrella Remake by Angelika . . . Ketika sepupunya menikahi seorang pelacur dengan catatan kriminal panjang, Marlion tahu ia harus melakukan sesuatu untuk kehormatan kerajaannya. Rakyat sudah b...