Elves And the Forest of Memories - [2/4]

606 138 22
                                    

Elves And the Forest of Memories — O2

Elves And the Forest of Memories — O2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Gerigi roda yang berputar melamban dan akhirnya berhenti. Salah seorang prajurit mengumumkan peraturan pertarungan selanjutnya; tidak ada senjata apa pun, alias tangan kosong.

Di sisi lapang di seberang Sasuke, seorang kontestan berperawakan tinggi besar yang mengaku bernama Ootoro menanggalkan atasannya secara tamak. Dia melangkah ke tengah lapang dengan percaya diri. "Maaf atas kelancangan ini, Yang Mulia," katanya pada Sasuke. Permulaan itu membuat Izuna menyeringai. "Saya mungkin harus menang untuk dapat hadiah malam ini, sebab melalui hadiah itu Ayame akan sudi untuk saya nikahi."

Dua pengawal lain datang membawakan baki yang berisi kain pembalut tangan untuk Sasuke dan Ootoro. Sasuke tersenyum saat dia membaluti tangannya sendiri. "Siapa itu Ayame?"

"Oh, dia adalah gadis paling cantik dan pujangga termanis dalam dunia saya, saya cinta dia," kata Ootoro yang turut membaluti tangannya sendiri. "dan saya bersumpah akan menikahinya."

"Apa yang akan terjadi jika kau menang?"

"Tentu dia akan begitu senang."

"Dan apa yang akan terjadi bila sebaliknya?"

Ootoro sejenak terdiam. "Hm?" gumamnya, dia menelengkan kepala dan mendengkus mengejek. "Tidak, tidak. Sekarang saya punya firasat kuat kalau saya yang menang, dan kompetisi ini akhirnya bakal menemukan pemenang pertamanya," dia melirik kursi Izuna. "Bukankah begitu, Yang Mulia?"

Izuna hanya mengedik dan masih menyeringai lebar. Dari interaksi tersebut aku akhirnya mengerti akan ke mana pertarungan selanjutnya ini ditujukan. Izuna pasti telah menyiapkan skenario buruk yang bakal mempermalukan dan mencelakai Sasuke. Perhatikan saja bagaimana Ootoro berlagak, dia adalah kontestan pertama yang terlihat begitu congkak dan penuh percaya diri.

"Dan bagaimana dengan Anda, Tuan Muda Sasuke," celetuk Ootoro. "Adakah permintaan yang ingin Anda sampaikan terlebih dahulu sebelum ini dimulai?"

"Tidak ada. Permintaan apa yang kaumaksud?"

Ootoro tersenyum timpang. "Seperti haruskah saya menggencarkan serangan sedikit lebih lembut agar Anda bisa mengimbangi pertarungan?"

Lancang sekali dia. Para penonton sontak berpisik-bisik, mengira apa yang bakal terjadi selanjutnya. Di tempatku, tanpa sadar aku berseru, "Penghinaan secara terang-terangan terhadap Pangeran Sasuke adalah pengkhianatan!"

Aku mengangkat satu tangan, dua jari kuacungkan begitu saja dan aku menggertakkan rahang dengan berang. Sementara aku beri perintah, beberapa prajurit yang tengah menjaga lapang mulai berbaris dan acungkan senjata bersiap untuk menghakimi Ootoro. Aku tahu hukum anti-oposisi yang didirikan semenjak Raja Tajima naik takhta memang tidak koheren dan terkesan dilebih-lebihkan, tapi baru kali ini aku terpicu atas adanya hukum tersebut. Kini betapa ingin aku berlari, mengacungkan pedang, dan memenggal Ootoro seperti bagaimana yang kerap kulakukan ketika Izuna tak terima diolok-olok.

The Knotted Chain of LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang