Build a Hope

1.2K 217 8
                                    

Build a Hope

Jika Tuhan menampung semua keping ingatan manusia ke dalam ceruk memori serupa pandora, dia kerap bertanya-tanya; ada berapa banyak warna serta luka yang berpendar di dalam sana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika Tuhan menampung semua keping ingatan manusia ke dalam ceruk memori serupa pandora, dia kerap bertanya-tanya; ada berapa banyak warna serta luka yang berpendar di dalam sana?

•••

"Haruno-san, sudah baca surat yang kusimpan di kolong bangkumu? A-anu ... maksudku—" Sasuke tersenyum kikuk. Ekspresinya dibaluti pendar-pendar harapan. Satu tangannya diulurkan bersemangat selagi tubuhnya membungkuk. "Izinkan aku jadi temanmu!"

Berhasil, kali ini pasti berhasil, benak Sasuke berharap-harap cemas. Itu sungguh bukanlah kelakar, atau modus gombal. Bukan pula sekadar bentuk terima kasih sebab Sakura Haruno pernah sekali memberinya tas kanvas saat Sasuke tengah kepayahan mengurusi jeruk-jeruknya yang berserak jatuh ke jalanan lantaran kantong plastik yang diberi toko kelontong berkualitas payah. Sudah dua minggu kejadian tersebut berlalu, namun Sasuke masih seterasing antah-berantah bagi si gadis.

"Juga, terima kasih atas bantuanmu yang waktu itu! Kumohon jadilah—"

"Mustahil." Masih dengan kata yang sama, dan ini merupakan yang ketiga, Sakura mengabaikan ajakan Sasuke. Mengeratkan tas yang bertengger di lengannya, gadis tersebut melangkah pergi, lantas keluar dari kelas meninggalkan Sasuke yang lagi-lagi termenung.

Tidakkah Sakura merasa bosan? Atau, semesta semu yang dia ciptakan dalam kepalanya jauh lebih menyenangkan? Sudah hampir mencapai dua setengah tahun mereka berada di SMA, namun gadis itu masih belum mempunyai teman, dijuluki aneh karena selalu sendirian, kadang dibicarakan sebab punya kecenderungan gemar mengabaikan orang--bahkan sekalipun itu adalah pertanyaan, jika tidak terlalu penting, Sakura takkan serta-merta mau menaruh atensi.

Sasuke menegakkan tubuh.

Dirinya memang tidak memiliki taraf kepopuleran se-wah bintang di kelas mereka seperti Naruto Uzumaki, atau sepintar Shikamaru Nara si penggila prestasi, namun ia yakin Sakura menolak berteman dengannya bukan karena alasan-alasan tersebut, dan tiga kali mendapat reaksi serupa lantas membuatnya menyerah? Tidak. Sasuke menggeleng, turut meninggalkan kelas sembari meyakinkan diri. Sebelum kata ya atau sama-sama dilontar Sakura Haruno, esok hari, atau dua hari kemudian, bahkan beberapa hari ke depannya, Sasuke akan tetap membungkukkan tubuhnya di depan si gadis dan berkata, "Jadilah temanku."




Fin.

Terinspirasi dari 一週間フレンズ。, Isshūkan Furenzu karya Hazuki Matcha.

The Knotted Chain of LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang