Healing - [1/2]

1.9K 332 19
                                    

Healing O1

Selayaknya pendar sirius yang menerangi magnolia di penghujung malam; kasihnya amerta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selayaknya pendar sirius yang menerangi magnolia di penghujung malam; kasihnya amerta.

•••

"Taka, nama ayahmu siapa?"

"Sasuke Uchiha."

"Nanti kalau hari ayah menjelang datang, Taka mau kasih apa?"

Membeku, Taka cuma mampu balas terkekeh kering. Genggaman kedua tangannya pada sendok dan garpu sontak mengerat sementara kudapan siang yang baru saja diberikan oleh petugas kafetaria mendadak terasa hambar sama sekali tak menggelitik pangkal kerongkongan maupun lambung. Padahal dua jam lalu, perut Taka sempat berkeriuk lapar, namun kala pertanyaan tersebut sekonyong-konyong dilontarkan, semuanya sukses dibuat lindap begitu saja bagaikan sekeping memori usang tentang peron menyesakkan yang pernah dilihatnya terakhir kali waktu hendak pindah rumah tiga tahun lalu.

Taka mau kasih apa untuk Ayah? Bunga? Haha. Tidak, deh. Terima kasih.

Kalau-kalau iya Taka menghadiahi bunga. Ayah pasti akan serta-merta menolak lagi. Bukan menolak, sih, sebenarnya. Ayah pasti cuma akan geming sama sekali tak memedulikan sang putra yang sudah repot-repot membelikan peony di toko bunga Bibi Yamanaka dengan separuh uang jajan sehabis pulang sekolah.

Kenapa? Karena Taka sudah pernah melakukannya. Tepat di hari ayah tahun lalu. Selain idenya tersebut barangkali kelewat klise makanya ayah cuma berkenan menaruh secuil atensi—itu juga kalau sedang beruntung—juga Ayah agaknya masih lebih menyukai berdiam diri membisu dengan semerbak petrikor yang menghantam sepanjang tanah pemakaman ketimbang menerima setangkai bunga dari putranya sepenuh hati.

Lagi pula apa menariknya, sih, dari harum rerumputan serta aroma tanah basah? Berdiri kaku mendedikasikan diri kembali pada kenangan biru sembari menatap aksara pada nisan yang bahkan sepertinya sudah mulai mau terkikis rapuh karena dimakan usia? Toh mau bersujud sepanjang malam, mau Ayah sampai menangis-nangis darah, mencakar aspal, bahkan memohon pada Tuhan setengah mati—Mama tetap tidak akan bisa kembali tersadar bangkit begitu saja dari kematian, bukan?

Taka juga sedih, kok. Amat, malah. Jangan salah kira. Memangnya apa lagi yang akan anak berusia delapan tahunan sepertinya pikirkan waktu tahu kabar sang ibu serta calon adiknya yang masih berada dalam kandungan telah tiada karena kecelakaan kendaraan tiga tahun silam. Siklus kehidupannya seolah dijungkirbalikkan. Jantungnya seperti sudah tak diperkenankan lagi untuk berdetak lega. Kerongkongannya sudah seperti terbelenggu untaian rantai dari neraka.

Ini bukannya berlebih-lebihan. Well, apabila barangkali ada secuil dari pemikiranmu yang meragukan seperti apa rasanya ditinggalkan oleh orang paling terkasih. Bahkan andaikata jika Tuhan memperkenankan Taka bisa menukar nyawanya guna mengembalikan Mama dan Sara, ia akan serta-merta menyerahkan seluruh hidupnya secara suka rela bahkan tanpa dulu berpikir panjang sekali pun.

The Knotted Chain of LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang