33. MASIH PEDULI ?

50.7K 1.4K 7
                                    

Keesokan harinya. Waktu terus berjalan seperti biasa, mapel pagi ini di kelas XI IPS 2 yaitu olahraga, semua siswa berada di lapangan memakai seragam olahraga namun bukan pak Hanif yang mengajar, melainkan perwakilan anak laki-laki dari kelas XII IPA 1, tentu ini menjadi suatu kegembiraan bagi Lexa bertemu Mahen. Tapi tidak dengan Anin, bertemu dengan Erlan baginya adalah hal terburuk, mereka hanya bisa saling diam dan saling pandang tanpa mengeluarkan suara.

"Ekhem!" Devan memecah keheningan ditengah tengah. "Sekarang kita pemanasan aja dulu yagesya biar gak keseleo."

Semuanya membentuk posisi empat baris kebelakang kemudian melakukan pemanasan sesuai yang di arahkan Devan, dia jadi pembimbing olahraga sekarang.

"WOI OPET! Tangannya di angkat! Ngapa lo diem diem bae." teriak Faldo tepat di dekat Agnes membuatnya terlonjak.

"Sabar gue mah sabar, orang sabar jodohnya banyak." Agnes mengusap dadanya.

"Huh! Satu, dua, tiga--," sementara yang lain mengatur napas sambil berhitung.

Baru berjalan beberapa menit, tapi keringat sudah bercucuran membuat Anin mengusap peluh keringat yang membasahi pelipisnya, dan itu semua tak jauh dari pandangan Erlan, kasihan melihat Anin yang panas panasan.

"Nin, lo nggak papa, kan?" di sela sela pemanasannya Lexa menghawatirkan Anin.

"Gue nggak papa Sa, santai aja," jawab Anin.

Dan Lexa mengangguk. "Kalo gak kuat bilang aja sama gue, biar gue temenin lo ke UKS."

Anin mengacungkan jempolnya, berharap semua akan baik baik saja, lagipula ia akan berusaha keras agar tubuhnya tidak tumbang supaya tidak merepotkan orang lain.

Sepuluh menit berlalu, Devan memberi intruksi kepada semua siswa untuk membentuk lingkaran dan Devan menjadi berada di tengah tengah mereka. "Lo semua udah tau kan sekarang kita praktek main Voli?" lantas semuanya mengangguk semangat.

"Oke, sekarang kalian bagi 2 tim ya! Cewek cowok, campur!" mereka berpencar mencari anggota masing masing, 1 anggota terdiri dari 6 orang dan pemain 4 cadangan.

Tau kan definisi orang pilih pilih? Disaat Lexa dan Agnes sudah dipilih oleh yang lain, Anin cuma bisa diam karena tidak ada yang milih, kemungkinan besar Anin akan jadi pemain cadangan.

Sambil berjalan ke sisi lapangan Anin menarik napas lalu menghembuskan pelan. "Nggak papa Nin nggak papa, jadi pemain cadangan gak ada salahnya, kok!"

Menguatkan diri sendiri, itulah yang di lakukan perempuan itu. karena kalo tidak ada yang ngajak yaudah, toh Anin juga tidak minta untuk di pilih.

Setelah cukup orang Devan membuka suara. "Kali ini wasit kalian akan saya serahkan kepada bapack Mahen, terhormat!"

Mahen sudah siap di tengah tengah net, kemudian melempar bola voli ke udara, dan bola terjatuh ke sisi kiri, pertanda tim sebelah kiri melempar lebih dulu.

Di sisi lapangan Anin hanya bisa menyaksiakn teman sekelasnya bermain dengan sportif tanpa dirinya. Lagipun jika ia ikut bermain yang ada malah membuat rugi orang lain karena paling takut sama bola.

"Gimana kemaren? Lo udah baikan?" Daren ikut duduk di sebelah Anin.

Anin menoleh singkat. "Seperti yang lo liat sekarang, gue udah baik-baik aja, lo sendiri gimana? Luka di wajah lo udah kering kan?"

"Hm, lumayan. Berkat lo muka gue jadi ganteng lagi," ucap Daren terkekeh.

"Pede amat." balas Anin.

"Jelaslah! Gue kan cowok, mana ada cowok cantik."

"Iya sih, gak salah lagi." Anin mengangkat bahunya, semenjak percakapan waktu itu ia merasa canggung sama Daren.

"Hari minggu ini lo ada waktu gak? Kalo ada boleh kali kita ngopi ngopi di cafe, udah lama juga kan gak kumpul," ucap Daren.

ERLANGGA | ENDWhere stories live. Discover now