"Anin? Gimana? keadaan lo?"
Hanya helaan napas yang keluar, ia meredakan suasana hatinya yang masih terluka. Di sana ada Daren duduk menyerong menatap prihatin dirinya dalam keadaan yang tidak baik.
"Sejujurnya gue masih down sedikit, nyatanya tangisan gue gak ada gunanya juga buat ngembaliin orang yang udah tiada," ucap Anin.
"Gue paham Nin, ini pasti berat buat lo, tapi pelan pelan pasti lo bisa ikhlas sama semuanya."
Anin mengangguk. "Hm, thanks, lo udah bela belain kesini buat temuin gue. Padahal seharusnya lo ada di tempat perayaan ulang tahun lo, Daren..."
"Sans, sekarang gue lebih khawatir sama lo, sorry kemarin gue gak bisa ikut kalian kepemakan, gue ada banyak kesibukan."
"Iya nggak papa kok, lagian banyak juga yang ikut ke pemakaman, jadi gue gak ngerasa sendirian." Anin tersenyum.
"Nah gini dong senyum, kan keliatan cantiknya." Daren menyentuh kedua pipi Anin.
"Bisa aja." reflek Anin menurunkan telapak tangan Daren dari pipinya.
"Oh iya, gue ada bawain lo sesuatu, semoga suka." Daren menyerahkan seikat bunga dan beberapa bingkisan padanya.
"Dalam rangka apa? Kan seharusnya gue yang ngasih lo hadiah, kenapa jadi kebalik gini."
"Gak ada dalam rangka apa apa, ini tulus dari gue buat lo Anindiya, gue harap lo bisa terus semangat dan tebar senyuman lo ke semua orang ya." Daren menatap dalam kedua mata kecil milik Anin.
"Tapi Daren...."
"Jangan nolak, kalo lo nolak sama aja lo gak ngehargain pemberian gue."
Perlahan Anin mengambil hadiah itu. "Yaudah deh, karena lo maksa, gue terima ya.... terimakasih Daren."
"Hm, sama sama."
"Buat Anin doang? Buat gue nya mana?" Agnes iri melihat perlakuan manis Daren tepat didepan matanya.
"Lo mau juga?" Agnes mengangguk. "Selagi mampu, menurut gue sih mending lo beli sendiri aja Nes."
Sedangkan Lexa tertawa puas mendengarnya. "Gue bilang juga apa Nes, mana ada yang mau ngasih lo hadiah! Kalo jomblo mah udah jomblo aja!"
"Ck, iya iya nanti gue beli sendiri deh!" Agnes kesal melipat kedua tangannya.
"Emang boleh ya semandiri ini?" ejek Lexa.
"Bodo amat bodo amat! Yang ngejek gue anaknya pak mamat!"
***
Hari ini di adakan pelaksanaan ujian penilaian akhir semester, sebagian siswa mungkin sudah mempersiapkan dengan matang di jauh jauh hari, bahkan mungkin ada yang sistem kebut semalam. Kelas XI dan XII kini di satukan dalam satu ruangan sesuai urutan nomor absen, tentunya banyak yang mengeluh soal ini, mereka jadi terpisah dengan sohib sohib dekatnya.
Di mata pelajaran terakhir semua mendapat jadwal mapel matematika yang mematikan, dan keterbiasaan anak sekolah jika di kasih kertas corat coret untuk menghitung pasti malah di pake menggambar.
Banyak yang kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, kebanyakan dari mereka pasti ngasal sama cap cip cup, jadi tidak peduli nilainya berapapun, karena yang penting dikerjakan.
Diam diam matanya melirik ke sekeliling, di depan sana pengawas tengah duduk sambil bermain hp, dan ini kesempatan Faldo untuk mengintip jawaban teman di sampingnya.
YOU ARE READING
ERLANGGA | END
Teen Fiction‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok? Berati bibir manis lo itu siap jadi pengganti rokok gue." "Satu hal lagi, gue gak suka penolakan!" I...