"APA yang lo tunggu, Tlas?"
"Lo!"
Aku menghela napas kasar, memalingkan wajah dengan gerak-gerik tidak percaya bercampur rasa kesal yang mendominasi dalam diriku. Tidakkah cowok itu terlalu berlebihan? Mungkin orang akan beranggapan bahwa aku lebay. Namun percayalah, aku marah dan jengkel akan hal itu.
Kutarik tasku kasar, menyelempangkannya asal dibahu kanan yang sialnya saat kakiku akan melangkah, tas tersebut malah ditarik kasar yang membuat tubuh ini menghadap pada cowok jangkung itu.
Aku meracau, mencoba melepaskan diri dari tangan besar seorang Atlas Daiyan Bagaskara. Ia menatapku tajam yang kubalas dengan tatapan tajam dan tidak suka tentunya.
"Apa? Gue nggak suka lo kayak gini!" Ucapku dengan nada yang sedikit meninggi. Tangannya yang tadi menarik tasku kini berpindah mencengkeram lengan kananku. Tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi aku benar-benar jengkel akan hal itu.
Mencoba melepaskan paksa lenganku ketika hanya melihat ia yang terus menatap dengan tatapan yang tidak bisa kudefinisikan. Aku terlalu bingung dengan mimik wajahnya saat ini. Tidak bisa ditebak.
"Sesusah itu ya, Kal?"
Pertanyaan dari Atlas saat aku mulai membalikkan badan guna berniat pergi meninggalkan cowok itu. Hembusan napas pasrah yang kudengar saat aku sama sekali tidak merespons apa yang ia katakan.
"Maaf,"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS
Teen FictionTidak ada yang tahu menahu perihal perasaan. Tidak ada yang bisa memaksa perasaan namun mampu menolak perasaan. "Perihal perasaan cinta, gue masih bisa gantung itu diatas kepentingan apapun. Tapi perasaan ikhlas, sampai detik ini masih gue coba asah...