satu; 1

13 1 0
                                    




























APA yang kalian harapkan dari jamkos?

Aku sih, banyak.

Namun aku terlalu jengkel ketika  sudah merasa senang mendengar dari ketua kelasku bahwa jam setelah istirahat akan kosong namun, rasa senang itu berganti rasa jengkel ketika ia mengatakan bahwa sang guru meninggalkan banyak tugas. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja tugasnya ini banyak loh. Menghitung pula, yang notebanenya aku rendah sekali dalam bidang itu.

Kulihat sahabatku--Adara--tengah bercengkerama dengan Deon--ketua kelasku--dengan nada yang memaksa. Cewek dengan tinggi yang sama denganku itu terlihat menarik-narik lengan Deon yang mana membuat cowok itu kesal. Setelah Deon mengatakan bahwa nanti akan ada jamkos, para penghuni kelas langsung melangkah pergi meninggalkan tempat ini. Tidak menghiraukan teriakan Deon yang mengatakan bahwa masih ada tugas yang harus diselesaikan.

"Jangan protes ke gue, nyet!" ucap Deon gemas seraya telapak tangan besarnya itu memundurkan wajah Adara yang membuat cewek tersebut sedikit terhuyung kebelakang.

Aku terkekeh melihatnya, biarlah dua manusia itu sibuk dengan dunianya, berbicara sembari berteriak, contohnya.

"Haduh, kuping gue rasanya mau meledak!! Keluar nggak lo berdua, hah! Jangan buat kelas makin sumpek!" itu suara Gizza, sahabatku juga. Ia sekarang tengah mengepang rambut sebahuku itu dengan telaten namun malah harus terganggu dengan pertikaian antara Adara dan Deon.

Jika ingin mempercantik diri, maka Gizza adalah solusinya. Cewek dengan sejuta make up dan tetek bengeknya itu sangat handal dalam hal mempercantik diri.

Yang terjadi setelah Gizza marah adalah Deon yang mendekat kearah kami lalu menjahiliku dengan menarik rambutku yang tengah dikepang. Dengusan kesalku terdengar, sedetik kemudian aku kompak bersama Gizza mengacungkan jari tengah kearahnya yang dibalas peletan lidah dari cowok gila itu.

Lihat saja nanti, ia tidak akan selamat ditanganku.

"Bangun, udah istirahat. Katanya mau nganten!" Oh aku lupa bahwa sedari tadi terdapat manusia yang sibuk dengan alam bawah sadarnya. Bahkan teriakan tadi tidak membuatnya terganggu sedikit pun, keren sekali dia.

Hana, cewek bermata sipit dengan muka bantalnya itu bangun. Mengerjap mata berulang kali guna mengumpulkan nyawanya kembali. Sedangkan Adara, cewek itu malah joget-joget tidak jelas ketika ponsel yang sedang kugunakan ini mengeluarkan suara musik yang dihasilkan dari aplikasi yang sedang trend sekarang.

Oke, akan kuceritakan sedikit tentang ketiga sahabatku. Adara Zeline Lateshia, cewek dengan tinggi 168 cm itu adalah cewek paling bobrok yang pernah kukenal. Menyandang sebagai ketua dance yang membuatnya begitu banyak dikenal selain kecantikannya juga ia yang menggaet sebagai kekasih seorang Jidan Mahardika.

Sedangkan Hana Fabricia itu kebalikkannya dari Adara. Cewek itu kalem namun sedikit galak, hanya melihat dari mata sipitnya saja tanpa bertanya orang akan sudah mengetahui bahwa cewek itu merupakan keturunan Cina. Badannya sedikit berisi dengan pipi yang sedikit terlihat tembem juga menambah kesan cute pada pribadi cewek itu. 

Jika Hana kalem namun sedikit galak, maka Gizza Rosalie Leta adalah cewek yang paling galak dengan sejuta omongan pedas dan blak-blakan. Sekalipun itu orang yang tidak ia kenal, apabila itu membuatnya marah maka ia akan memarahinya habis-habisan. Tak kenal gender. Ketua Cheerleader satu itu selain suka yang berhubungan dengan kecantikan--make up contohnya--ia juga menyukai seorang Albidzar Arya Praditya, sahabat kekasih Adara.

Disini sekarang, kantin adalah tujuan kami berempat setelah menunggu sebentar Hana yang sedang berusaha mengumpulkan nyawanya. Aku tersenyum ketika layar ponsel Adara menampilkan wajahku dengan rambut kepangan hasil dari tangan lihai Gizza. Sebelum kekantin, Adara buru-buru menyempatkan diri memotret hasil kepangan Gizza dengan jumlah yang banyak. 

ATLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang