sepuluh; 10

1 0 0
                                    


























ACARA ulang tahun Bunda Anggi.

Pantulan dari cermin besar yang memperlihatkan diriku sedari tadi hanya merapikan rambut dan juga make up mampu membuat ketiga manusia yang tengah duduk malas itu, berdecak kesal.

Hari ini seperti biasanya, MUA ku adalah Gizza. Sebenarnya aku bisa saja berdandan sendiri mengingat aku juga menyukai hal tersebut namun, percayalah, tangan lihai Gizza itu sangat-sangatlah menarik mata. Jadi, tanpa ba-bi-bu aku dengan Hana dan Adara langsung saja pergi menuju rumah cewek tersebut.

"Lo mau buat cermin gue pecah, hah?" Tanya cewek dengan setelan yang sama denganku itu, Gizza. "Lo tuh mau ke acara ulang tahunnya Bundanya Atlas ya, bukan buat lamaran lo sama Atlas!"

"Si anjir! Gue cuma mau mempercantik diri ya! Biar Bunda seneng liat gue make pakaian dari beliau!"

"Biar Bundanya yang seneng atau anaknya yang seneng?" Sahut Adara dengan cengiran menjengkelkannya.

Oh ayolah, tidak masalah kan jika memperhatikan penampilan terlebih ini datang ke sebuah acara yang didalamnya tidak sedikit isinya?

Relasinya Bunda Anggi itu luas, terlebih keluarga Bagaskara yang sudah dikenal banyak orang!

Aku tidak mau nantinya akan berbeda dengan orang-orang disana walau faktanya memang berbeda jauh. Tetapi soal penampilan, meskipun dari barang murah sekalipun akan kubuat terlihat menjadi barang mewah dan mahal.

"Ayok deh berangkat. Nih si Raka udah ngechatin mulu suruh kesana!" Kami mengangguk kompak lalu berjalan beriringan keluar rumah Gizza.

Jadi malam ini, aku dengan Gizza memakai setelan baju yang sama. Terlihat seperti seorang boss wanita dengan celana high waist berbahan kain dipadu dengan dalaman kaos bewarna putih juga atasan blazer dengan bebas menguraikan rambutku.

Bedanya aku memakai bewarna abu-abu, sedangkan Gizza memakai bewarna cream.
Untuk Adara dan Hana, mereka kompak memakai dress selutut, bak seperti seorang putri dari sebuah kerajaan.

"Buset, rame betul!" Di kediaman Bagaskara tampak begitu megah dengan lampu yang memancar juga banyaknya manusia yang berada didepan rumah besar tersebut. Aku mengira acara tersebut akan digelar disebuah gedung namun, ternyata digelar dirumah sendiri yang tidak beda jauh dengan besarnya sebuah gedung.

"Ini acaranya didalem kan? Kok pada diluaran sih?"

"Namanya juga belum dimulai acaranya! Lagian disana juga disuguhi makanan sama minuman,"

Setelah kami keluar dari mobil milik Gizza, gambaran keadaan disana nampak begitu jelas dimata. Namanya acara ulang tahun Bunda Anggi, sudah pasti dipenuhi oleh teman-teman beliau yang memandang kami heran ketika kami mulai menginjakkan kaki kedalam rumah tersebut.

Pikirnya mungkin kami ini siapa? Kok masih terlihat begitu muda kalau-kalau seorang relasinya Bunda Anggi.

"Anjir, itu Kakaknya si Atlas? Gilak cakep banget anjir!" Ucap Hana histeris begitu kami sampai ditempat acara utama.

Disana, tiga pria menggunakan jas bewarna abu-abu tengah berdiri tegap mengelilingi seorang wanita dengan dress panjang bewarna abu-abu juga. Bunda Anggi terlihat begitu bahagia berbincang-bincang dengan sang suami dan kedua anaknya.

Foto besar yang sering kulihat ketika latihan band disini menampilkan foto keluarga yang harmonis. Jadi, meskipun aku belum pernah bertemu dengan kedua Kakak Atlas namun, aku mengetahui bahwa yang sekarang sedang bersama Bunda Anggi adalah anak pertama dan kedua Bagaskara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATLASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang