SELALU aku lihat belakang punggungmu
Disaat kau lihat belakang punggung pria lain
Menunggu kau menoleh dan berlari kearahku
Dan memelukku seerat-eratnyaSuara lantunan nyanyian bak konser yang dipimpin oleh suara merdu Jidan dan gitaran Albi benar-benar membuat seisi kantin ambyar dibuatnya. Terlebih lagi tangan-tangan dari komplotan pojok diangkat kekanan dan kekiri sembari bernyanyi bersama menambah kesan konser yang sesungguhnya pada jam istirahat kedua ini.
Tidak sesekali berdecak kesal ketika mulut embernya Raka terus memanggil namaku untuk diajak bernyanyi disana yang mana membuat seisi kantin kompak menoleh kearahku.
"Kiw, Mbak Kalea! Nyanyi bareng sini, yuk! Digitarin Mas Atlas, tuh!" Itu loh yang buat aku malu dan kesal ketika nama Atlas selalu terselip.
Mengingat kejadian kemarin dikamar Atlas, ternyata tidak hanya ada Albi disana! Oke, karena kejadian memalukan part dua yang disaksikan sahabat-sahabat Atlas, membuatku semakin gencar dijodohkan dan menjadi bual-bualan.
Ternyata para komplotan cowok pojok tersebut adalah sebuah geng. Awalnya aku tidak percaya, hellow, geng? Bukankah itu terdengar mustahil didunia nyata ini? Namun, instagram dengan username @leonerxoe yang awalnya kukira hanya sebuah circle saja, tetapi melihat isi anggotanya yang begitu banyak membuatku percaya.
Username itu yang menyebar foto memalukanku! Catat!
Mereka juga memiliki grup chat yang beranggotakan 200 orang didalamnya. Dan disanalah, aku dan boss mereka menjadi bual-bualan beberapa hari terakhir ini.
Boss? Iya, seorang Atlas Daiyan Bagaskara itu ketua dari Leoner yang memiliki anak buah bejibun tersebut. Aku benar-benar baru tahu fakta besar ini. Tentu saja informasi yang kudapati ini berasal dari Adara yang memang cowoknya merupakan salah satu anggota Leoner.
Beralih dari itu, setelah diantarnya pulang Raka dari latihan band kemarin, ketika aku membuka ponsel, disana sudah ada Albi, Raka dan Jidan yang menyampah dengan mengirimi gambar yang sama sebanyak 100 kali. Dan yah, itu fotoku bersama dengan boss mereka.
Terlihat seolah-olah kami tengah berpelukan mesra dengan menatap satu sama lain. Fotonya persis seperti waktu dilapangan, hanya saja berbeda posisi. Aku berani taruhan, foto tersebut pasti sudah menyebar di grup chat Leoner yang membuat pagi-pagi tadi, aku disambut dengan godaan-godaan menyebalkan dari mereka.
"Kalea, Kalea, lo mau taruh muka lo dimana lagi, hah?" Adara yang berada disampingku menggeserkan ponselnya. Aku dengan jelas dapat mendengar suara gelak tawa yang dihasilkan tiga curut ini yang dengan spontan kudorong wajah mereka. Tempat duduk kami ini membentuk lingkaran.
"Gilak, katanya sih nggak tertarik ya, tapi kenapa suka nempel-nempel?" Itu lagi suara Gizza yang nyaring membuatku dengan cekatan menutup mulut cewek tersebut. Takut-takut jika Leoner mendengarnya sebab jarak kami yang tidak terlalu jauh.
"Apasih, serius itu nggak sengaja!"
"Berarti yang dilapangan sengaja, ya?"
"Enggak, satt!" Lagi, mereka bertiga tertawa dengan kencang. Apa yang sebenarnya mereka tertawakan? Seharusnya mereka itu ada dipihakku, bukannya malah ikut-ikutan memojokkanku!
Kedua tangan kulipat diatas meja lalu menidurkan kepala diantara lipatan tangan tersebut. Tidak menghiraukan teori-teori nyeleneh yang dibuat tiga curut itu tentang perasaanku yang sebenarnya pada Atlas. Ayolah, teori apa itu tentang aku dan Atlas yang sebenarnya backstreet, Hana stress.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLAS
Teen FictionTidak ada yang tahu menahu perihal perasaan. Tidak ada yang bisa memaksa perasaan namun mampu menolak perasaan. "Perihal perasaan cinta, gue masih bisa gantung itu diatas kepentingan apapun. Tapi perasaan ikhlas, sampai detik ini masih gue coba asah...