Happy Reading
.
.
.__
Winter memarkirkan Albino sembarang, langkahnya sangat cepat hingga kini berada didepan kamar Karina.
Ketukan dipintu menyadarkan Karina yang tampak semakin gusar, dia segera membuka pintu dan mendapati Winter yang sudah didepannya dengan kantong plastik ditangannya.
Karina melirik itu, seketika perasaan takut mendominasi. Bayangan orangtuanya yang kecewa jelas membuatnya sakit terlebih masa depan yang sudah dirancangnya penuh harap, apakah harus semua itu hilang karena kesalahan yang tidak diinginkannya.
Karina meremat ujung kaosnya, menatap Winter seakan mengatakan semua ketakutannya.
Pria dengan kulit seputih susu itu menutup serta mengunci pintu kamar Karina, menuntun gadis itu masuk lebih dalam.
"Kamu cek dulu ya, apapun hasilnya aku bakal tanggung jawab. Aku gak bakal biarin masa depan kamu hancur sendirian". Ujar Winter memegang kedua tangan Karina.
"Aku takut Win". Getar suara Karina.
"Lakuin kalo kamu siap, tenangin diri kamu dulu aku tunggu dirumah. Kabarin aku kalo udah kamu cek".
"Gimana kalo gue beneran hamil?".
"Aku bakal tanggung jawab itu bukan kesalahan kamu sendiri".
"Bukan masalah tanggung jawabnya Win, gue masih 17 tahun. Bahkan sekedar menginjak impian gue aja belum, gue gak siap buat punya anak lo ngerti gak sih". Karina mendudukan kasar tubuhnya disofa, pelupuk matanya memanas dalam sekejap cairan hangat membasahi pipinya.
"Gimana gue jelasinya sama Mama, gimana gue bisa nahan amarah Papa mereka bakal kecewa banget sama gue".
Winter mendekat duduk menyerong pada Karina, tangan besarnya mengusap air mata yang mengalir. Dia paham perasaan Karina, namun dirinya juga tidak mampu melakukan apapun untuk mengulang waktu.
.
.
Malam yang dingin. Winter menyandarkan tubuhnya pada tiang lampu, menyesap rokoknya dan mengepulkan asapnya diudara berulang kali dia melakukan itu.
Genangan air memenuhi sekitarnya, keadaan yang remang membuat tempat itu begitu sepi. Banyak pikiran berkecamuk dalam benaknya.
Meski dirinya terlihat tenang saat menghadapi ketakutan Karina, namun nyatanya dirinya juga begitu takut. Kepercayaan orangtuanya yang berusaha ia jaga harus dirinya pecahkan akibat ulahnya sendiri.
"Jeno bangsat!". Winter melempar sisa rokoknya, mengepalkan tangannya dan melampiaskannya pada tembok dibelakangnya, membuat buku jarinya mengeluarkan darah.
Deru halus dari mobil hitam yang baru saja berhenti didekatnya membuat Winter menghentikan pukulannya pada tembok. Rasa marah yang begitu besar memenuhi dirinya saat sosok Jeno turun dari BMW nya dengan wajah angkuhnya.
"Lo mau ngomong apa?!". Tanya Jeno tanpa minat.
Winter mengeraskan rahangnya, berjalan gusar hingga tanpa Jeno bisa pahami dirinya sudah tersungkur akibat pukulan Winter yang begitu keras.
"Anjing! Lo apa-apaan mukul gue". Geram Jeno.
Seakan ingin melampiaskan semua kekecewaan dan kemarahannya, tanpa mendengarkan perkataan Jeno, Winter terus memukuli wajah sang ketua Osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents √
FanfictionKisah dua remaja yang harus mempertanggung jawabkan kesalahan yang terjadi . Gender-Switch ⚠️⚠️ Winrina-Wintop ⚠️⚠️ 🔞🔞🔞 homophobic jauh2 ⚠️⚠️ by. alnaranish