YP !! 07

2.4K 180 9
                                    

Happy Reading

.
.
.















__

"Mulai sekarang aku bakal bawa mobil biar kamu sama anak kita gak kepanasan, ini juga biar lebih aman". Winter menoleh sesaat pada sosok yang duduk disampingnya.

Mendengar Winter mengatakan 'anak kita' ada perasaan aneh menggelitik hatinya.

Beberapa menit lalu Winter menjemput Karina dengan mobilnya bukan lagi dengan Albino.

"Gimana kalo gue ketemu Jeno, gue gak yakin bisa nahan diri buat gak marah". Moodnya kembali buruk mengingat pria itu juga berada di Sekolah yang sama.

"Lakuin apa aja, kalo mau marah? Marahin, kalo mau nonjok? Tonjok aja sampe tepar, aku bakal bantu nonjokinya, tapi inget gak boleh ngelakuin apapun yang bikin bahaya, harus hati-hati karna sekarang kamu lagi hamil". Lagi-lagi perkataan Winter membuatnya merasakan perasaan aneh namun tidak asing, dibalik kejadian ini, dia ada rasa bersyukur karena itu Winter bukan Jeno.

Entah bagaimana jika malam itu Jeno berhasil dengan rencananya, Karina hanya merasa yakin jika Jeno tidak akan bersikap seperti Winter saat ini. Mungkin pria itu malah akan kabur atau berpura-pura tidak bersalah dan memintanya aborsi.

Karina menunduk pada perutnya, tangannya terulur mengusap perutnya yang masih datar, dia benar-benar tidak berpikir akan hamil diusia muda bahkan tanpa status pernikahan.

Semua perkataan Winter sedikit membuatnya baik. Dibenci oleh kedua orangtuanya adalah yang sangat tidak diinginkannya jadi bagaimana bisa dirinya akan tega membunuh anaknya sendiri, sementara dirinya juga seorang anak yang mendamba kasih sayang orangtuanya.

Mobil Winter berhenti dilampu merah, pria itu menoleh mendapati Karina yang hanya diam sembari mengusap perutnya dengan tatapan sulit.

"Kenapa?". Tanyanya kecil.

"Gue ngerasa benci sekaligus bersalah udah berniat mau bunuh bayi gue sendiri". Winter meraih satu tangan Karina yang bebas, mengusapnya dengan lembut.

"Kita jaga bareng ya anak kita. Dia gak salah yang salah ketidak mampuan kita nahan nafsu". Karina mendongak menganggukkan kepalanya kecil.

"Mulai hari ini gak keberatan kan kalo aku ngomong kita pacaran?".

Winter tahu apa yang dikatakannya itu terlalu gegabah, namun hanya dengan status itu dirinya bisa menjaga Karina dan calon anaknya.

"..terserah". Setelah lama terdiam Karina berujar terdengar ragu seraya membuang muka.

Tidak ada lagi obrolan terjadi sampai mobil putih itu sampai di Sekolah.








.

.

"Haloo selamat pagi my baby darling Juliaaa". Yena bereaksi seolah akan muntah melihat Ryujin berjalan terburu hanya untuk mensejajarkan langkahnya dengan si ketua kelas 11-B3.

"Pagi juga buaya kecil". Balas Lia tersenyum lembut, Yena tertawa mendengar balasan Lia yang berhasil membuat Ryujin pundung.

"Emang buaya kecil, kayak miliknya ya kecilshhhh-- arghhh monyet lo ngapain nginjek kaki gue?!". Kalimat Yena berakhir ringisan pedih kala Ryujin sengaja menginjak dan memutar kakinya diatas kaki Yena.

"Ehh Julia cantik, udah sarapan belum? Yuk abang traktir". Mengabaikan Yena yang merintih, Ryujin memilih menarik Lia untuk ke kantin.

"Dasar anak monyet sialan".



Young Parents √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang