_____________________
Happy Reading
_____________________
Percakapan ramai, canda tawa bisa dirasakan di tempat itu. Kantin dipenuhi siswa-siswi yang tengah memesan dan memakan makanan mereka. Saling bertukar cerita, saling memberi lelucon aneh, bahkan terlihat sepasang manusia yang saling menyuapi makanan.
Saat itu juga Mentari duduk di kursi kantin, memakan makanan pesanannya. Varsha tidak ikut bersamanya, mungkin akan segera menyusul. Kali itu dia sibuk, memasukkan ke dalam mulut, mengunyah, menelan. Sedangkan yang lainnya tengah memandang kedatangan Bintang dan teman dekatnya. Tidak peduli seberapa banyak mata yang tertuju pada Bintang, ia malah teralihkan fokusnya pada Mentari.
"Mentari" sapanya, membuat Mentari menoleh. Bintang duduk di dekatnya.
Alisnya terangkat, memandang Bintang keheranan. "B-bintang?" Mentari mencoba mengedip-ngedipkan matanya untuk memastikan jika saat itu benar-benar nyata terjadi.
Mentari juga menoleh ke arah lain. Di sana terdapat dua teman dekat Bintang, Cakra dan Harka. Tepat saat itu juga semuanya memperhatikan Mentari, jarang sekali mereka bersikap seperti itu. Mentari hanya bisa menelan ludah, takut hal kemarin terjadi lagi.
"Rambut kamu jadi sebahu, poninya tipis. Hmm... pasti ngikut rambut model Korea?" Bintang berusaha mencairkan suasana. Sementara itu Cakra dan Harka memberikan kode kepada Bintang untuk segera memesan makanan. Bintang pun sama, mengisyaratkan untuk memesan hal yang biasa dia pesan.
Mentari terlihat bingung "kamu nanya ke aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri.
Bintang terkekeh "siapa lagi?"
"O-oh... soal ini..." Mentari memegangi rambutnya. "Kemarin aku di-bully, mereka potong rambut aku" ia menundukkan kepalanya.
Dahi Bintang berkerut "bully? Karena apa?"
Mentari menggeleng, "kamu gak perlu tau."
"Yaudah, aku gak maksa" Bintang menghembuskan nafasnya. Menoleh ke arah Mentari, memperlihatkan caranya makan. Sangat dalam.
Mentari yang merasa diperhatikan tidak berani memandang mata Bintang. Berusaha bertingkah baik-baik saja.
Bintang liatin terus... udahan dong hatinya memohon.
Dari arah lain Varsha melihat mereka berdua. Bintang yang memandang Mentari, dan Mentari yang berusaha stay cool. Dia mengurungkan niatnya untuk mendekat, tidak ingin merusak suasana. Lagi pula itu adalah hal yang baik bagi Mentari, berdekatan dengan Bintang.
Kegiatan Bintang buyar, oleh temannya sendiri. "Liatin aja terus, liat sekeliling, mereka iri" ucap Cakra seraya memberikan pesanan yang diinginkan Bintang.
Bintang sedikit terkekeh, "terserah aku aja" ia mengangkat bahunya.
Mentari merasa menjadi sangat kecil dan pendek saat didekat mereka bertiga. Terlebih lagi posisinya yang berada di tengah. Mentari merasa malu dengan mereka yang terus memandang ke arahnya dan berbisik-bisik, entah apa itu.
"Kenapa kamu duduk di samping aku?" Mentari memberanikan diri untuk bertanya. "Di sana masih ada kursi kosong, tempatnya para cewek cantik."
Bintang menoleh ke arah tempat yang dibicarakan Mentari, "mereka? Nggak-nggak, aku gak mau."
"Ken-"
"Soalnya mereka tingkahnya aneh, suka deketin aku brutal pake banget" dia tertawa, membuat Cakra dan Harka tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [ Hiatus ]
Random‼️TRIGGER WARNING‼️ Potongan takdir memang tertulis menyakitkan, tapi bagaimana jika dilihat dalam sisi lain? Katanya, daun yang jatuh karena hembusan angin pun tidak membenci pelakunya. Membenci takdir? "Ingin ku dialog-kan pada semesta, angin itu...