Bab 10

11 1 5
                                    

KEMAREN GAK UP, MAAF🙏

______________________

Happy Reading

______________________

Raga Mentari menemani kosongnya ruang kelas, dirinya terlalu takut untuk pergi keluar. Berharap lebih jika Varsha mendatangi kelasnya. Lengang, benar-benar sunyi tanpa suara.

"Mentari!" Seseorang menyapanya dari ambang pintu. Itu Varsha, dia membawa satu plastik makanan yang entah apa itu. Saat itu Mentari tidak menoleh, masih memilih menelungkupkan wajahnya.

"Kenapa gak ke rooftop?" Tanyanya, Mentari diam.

"Aku bawain ini buat kamu, liat" Varsha menampilkan makanan itu di depan Mentari. Tapi Mentari? Mentari tetap diam.

"Baju kamu basah?" Varsha menyadarinya.

Ia kemudian mengangkat kepalanya, mata sembab itu menatap Varsha begitu dalam. "Aku boleh peluk kamu?" Tanyanya begitu saja.

Varsha merasakan ada hal yang janggal, dengan begitu dia mengiyakan tanpa berpikir lebih panjang. Mentari memeluknya, Varsha juga membalas pelukan itu.

"Gak papa, aku ada di sini buat kamu" dirinya mencoba untuk menenangkan.

"Mentari takut..."

Pelukan itu dilepaskan, tangan Varsha seketika terangkat untuk menghapus jejak air mata Mentari. Ia tersenyum hangat, sangat hangat.

"Siapa yang lakuin ini semua yang?"

Mendengar hal barusan, Mentari melipat keningnya keheranan.

"E-ehh..." Varsha salah tingkah. "Siapa yang lakuin ini ke kamu?" Dia menelan ludah.

Wajah Mentari yang semula kecut berangsur-angsur berubah menjadi senyuman kecil. "Yang?" Tanyanya, kedua alis itu terangkat.

Varsha mengalihkan pandangannya, menggaruk-garuk belakang kepala miliknya. Apa ini? Cicak di dinding sudut kelas pun tertawa melihat mereka. Papan tulis putih yang berada di depan mereka juga ikut merasa malu seperti Varsha.

Mentari terkekeh kecil "kamu ngomong apa tadi."

"Enggak, itu refleks" Varsha mengusap kasar wajahnya, lalu kembali menoleh. "Lupain, kita bakal makan ini bareng-bareng" dirinya mulai membuka bungkus makanan.

Sunyi sejenak, meninggalkan suara bising dari kemasan makanan.

"Varsha" Mentari memanggil.

"Hm?"

"Arti nama kamu hujan kan?"

"Iya, kenapa?"

"Pantes aja. Hujan bertemu mentari akan tercipta pelangi. Kamu itu bisa buat aku lebih baik dari masa-masa sulit."

Varsha terdiam, mengurungkan niatnya untuk melanjutkan membuka bungkus makanan. "Ya bagus, akhirnya aku bisa berguna" ia mengangkat bahu.

Dirinya kemudian menggeser makanan itu ke dekat Mentari, menawarinya tanpa ada kata yg dikeluarkan. Mentari sudah mengambilnya, namun terjatuh. Tangannya bergetar tanpa kendali, sangat sulit dikendalikan.

Varsha yang hendak memasukkan makanan ke mulut pun diurungkan. "Kamu beneran gak papa?" Dia sangat khawatir.

Mentari menggeleng, mencoba mengambil makanan yg baru dan tetap terjatuh lagi.

"Udah, kamu diam aja. Biar aku yang suapin kamu" katanya.

"Aaa..."

Makanan itu masuk ke mulut Mentari. "Ma...kasih" dia menyebutkan kata itu kala mulut masih mengunyah. Alhasil apa? Kunyahan itu terjatuh. Keduanya tertawa lepas, cekikikan.

Ineffable [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang