Halo halooo aku balik lagiii hehehe
Yu bisa yu bantuin biar ceritanya rameeee....
______________________
Happy Reading
______________________
Kamarnya senyap, sengaja dibuat gelap, jendela ditutup, lampu dimatikan. Di dalamnya Mentari menangis terisak-isak, ia baru menyadari semuanya. Semua yang sedari kecil terasa baik-baik saja ternyata tidak. Rumah sehancur itu, hancur hanya dalam satu sisi. Kini, sesi Mentari yang penurut sudah berakhir.
Matanya terlihat sembab kemerahan, wajahnya ia telungkupkan dalam lipatan tangan. Rambut kepangannya berubah berantakan. Dirinya ingin mengeluh dengan raga yang kini ditempati ruh. Rasanya tangan tidak tertahan lagi ingin mencabik-cabik wajah hitam itu.
"Tuhan, kenapa aku harus menetap ditubuh ini?..." Mata sembab melihat ke arah langit-langit kamar.
Setelahnya, pandangan kembali ditundukkan "hidup aku... penuh sekali penderitaan."
"Tapi..." Mentari memandang sesuatu di layar handphone, "setidaknya ada Bintang sebagai obat" wajah itu tersenyum.
Cling!
Satu notifikasi hinggap di layar benda pipih. Pengirim chat itu bernamakan 'Varsha'. Sesegera mungkin Mentari mengetuk layar menuju aplikasi chat.
"Mentari, aku punya tebak-tebakan."
Tangannya mulai mengetik, "apa?" Jawabnya dalam chat.
"Air, air apa yang bisa ngantuk?"
"Air ngantuk?" Balasan tersebut dikirim. Sekarang, keningnya terlipat, menatap dengan sudut matanya.
"Iya."
Disaat-saat seperti ini Mentari harus berpikir, baru saja sesaat yang lalu dirinya menangis. "Emangnya apa? Aku nyerah" jawabnya.
"Air yang direbus, soalnya nguap. HAHAHAHA."
Mentari tertawa dibuatnya, segera juga dia mengetik "HAHAHA" untuk dikirim. "Kamu pinter becanda" Mentari menambahkannya.
"Walaupun arti dari nama aku hujan, tapi aku keliatan ceria, kan?"
"Hujan?" Kening Mentari berkerut saat mengirim pesan tersebut.
"Iya, hujan. Ortu aku ketemu pas hujan turun. Lucu kalo ceritanya aku ingat-ingat lagi."
"Serius? Aku pengen tau, kasih tau dong..." Mentari mengubah posisi duduknya.
"Besok aja pas jam istirahat, aku tunggu di rooftop."
Mentari sedikit tersenyum "oke, aku tunggu kamu besok. Jangan bohong."
"Iya iya, aku gak bohong."
Sekian banyak chat yang saling terkirim diantara mereka tanpa disadari hal itu membuat tangis Mentari surut. Baguslah, Varsha selalu membuatnya tersenyum.
***
Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Mentari sudah terlambat untuk datang lebih awal dari Varsha ke rooftop sekolah. Dirinya baru saja keluar dari dalam kamar mandi, mencuci tangan di wastafel. Dan dengan langkah terburu-buru menuju ke arah tangga.
Bruk!
Mentari menabrak seseorang, membuat buku-buku yang dibawa orang itu berserakan di lantai. Pandangannya tertunduk, dan tahu apa yang terjadi ketika Mentari menaikkan pandangannya? Ternyata yang ia tabrak itu orang yang sangat dikagumi, Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [ Hiatus ]
Rastgele‼️TRIGGER WARNING‼️ Potongan takdir memang tertulis menyakitkan, tapi bagaimana jika dilihat dalam sisi lain? Katanya, daun yang jatuh karena hembusan angin pun tidak membenci pelakunya. Membenci takdir? "Ingin ku dialog-kan pada semesta, angin itu...