one

977 95 0
                                    

Kaki kanannya bertumpu pada kaki kiri, mengaduk jus jeruk nya dengan melihat sekeliling. Wajah datar terus terpancar pada diri Ningning, sendiri bukan hal baru lagi baginya. Sejak kecil Ningning selalu sendiri tanpa seorang teman.

Tak pernah Ningning percaya akan namanya persahabatan, pertemanan, perkumpulan atau semacamnya. Dirinya terlalu cape dikhianati oleh nama-nama itu. Selagi Ningning mampu untuk melakukannya sendiri, mengapa harus memiliki teman.

Asik dengan dunia sendiri, perempuan itu dibuat bingung dengan satu dari siswi sekolahnya yang mengulurkan tangan. Dengan rambut pendek, riasan tipis yang tertempel pada wajah mungilnya.

"Aku Winter."

Ningning termengu, seumur hidupnya baru kali ini seseorang ingin berkenalan. Semua orang terlalu merasa segan untuk berkenalan dengan Ningning. Kedua perempuan itu menjadi pusat perhatian sekarang.

Winter, salah satu siswi pintar yang juga di idolakan oleh kaum Adam. Suara indah juga Winter miliki. Siapapun akan merasa dirinya rendah jika berada di dekat Winter. Tapi lihat, walau Ningning ada disebelah nya, mereka akui, Ningning sangat mendominasi dengan aura dan pakaiannya.

"Ningning." Jawabnya juga mengulurkan tangan.

Perempuan berambut pendek itu mendudukkan diri di depan Ningning. "Kamu langsung terkenal, padahal hari pertama sekolah. Selain itu, sebelum kamu pindah pun. Nama kamu udah terkenal dimana-mana."

Keningnya berkerut membuat alis Ningning menyatu. Perempuan bernama Winter ini, termasuk golongan manusia cerewet.

Bibir Winter melipat kedalam. Dirinya harus mencairkan suasana. "Aku boleh kan temanan sama kamu?"

Ningning hanya mengangguk. Bingung menjawab apa. Sedangkan siswa-siswi yang berada di kantin, berbisik. Ada yang menatap Ningning dengan kagum, ada pula yang mencerca akibat diam saja di ajak bicara oleh Winter.

Kepala Ningning dan Winter menoleh seketika, mendengar suara berisik dari pintu masuk. Di sana tiga lelaki yang sangat amat di bicarakan di sekolah masuk kantin, jarang sekali ketiganya kesini.

Lelaki yang berjalan ditengah seakan memimpin kemana arah mereka berjalan, sampai berhenti tepat dimana Ningning dan Winter berada.

"Lo, masih ada urusan gue. Ikut gue." Tunjuknya pada wajah Ningning.

Ningning mengingat wajah lelaki itu. Lalu melintir telunjuknya membuat semua orang menganga. "Gue ga ada urusan sama lo. Lagian lo sendiri yang nabrak gue tadi pagi. Pergi."

"Satu-satunya yang berani jawab lo, Jay." Kata lelaki berkulit amat sangat putih.

Jari-jari Ningning menyisir rambutnya ke belakang. "Oh Jay. Gue ingetin sekali lagi kalo lo sama gue itu ga ad urusan. Gue ga pernah mau punya urusan sama orang kaya lo."

"Hoon, Jake. Tarik dia."

Teman-teman Jay itu memegang kedua lengan Ningning. "Apa-apaan si lo." Sentaknya lalu menendang tulang kering ketiga lelaki itu, dan menarik lengan Winter untuk menghindar dengan berlari.

"Ning, kamu baru aja cari masalah lagi sama Jay." Kata Winter di sela-sela lariannya.

"Bodo amat, gue ga peduli sama dia."

Lain halnya. Jay menatap bengis ke arah punggung Ningning. "Liat aja, nanti siapa yang tunduk sama gue."

"Tuh cewek gila banget, tendangannya ga main-main." Jake mengeluh kesakitan.




" Jake mengeluh kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jay Park

Park Sunghoon

Jake Shim

Winter Kim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winter Kim

See u, jangan lupa follow. Dan klik tanda bintangnya. Supaya aku semangat.










ANW Y'ALL, baca ini juga dong yang bias nya Heeseung si penguasa bumi.

ANW Y'ALL, baca ini juga dong yang bias nya Heeseung si penguasa bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gorgeous; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang